Bisnis.com, SOLO - Saat Indonesia berusaha jadi penengah atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, negara tetangga justru cari perkara.
Bagaimana tidak, Filipina dikabarkan berencana membatalkan proyek pembelian helikopter dari Rusia.
Dilansir dari Al Jazeera, proyek tersebut sudah diteken oleh mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pada November 2021
Bahkan saat itu, Duterter sudah menandatangani kontrak helikopter dengan Sovtechnoexport dan membayar uang muka 2 miliar peso ($34 juta) dua bulan kemudian.
Kini, saat Filipina dipimpin oleh Presiden baru, Ferdinand Marcos Jr, mereka ingin membatalkan kesepakatan tersebut karena takut dengan sanksi Barat.
Namun yang disayangkan, Filipina justru mendekati AS dan berencana mendatangkan helikopter buatan negara tersebut dalam waktu dekat.
Baca Juga
Laporan menyebut jika hal ini akan menimbulkan sebercak kekecewaan di hati Rusia.
Meski demikian, Filipina berdalih jika pembatalan proyek ini bukan berarti membuat hubungam bilateral kedua negara tersebut terhenti.
“Proyek ini hanya sebagian kecil, dan bukan keseluruhan, dari hubungan bilateral kami dengan Rusia. Kami berharap episode ini dapat diselesaikan dengan cara yang damai untuk kedua belah pihak," bunyi pernyataan pertahanan Filipina.
Juru bicara departemen Arsenio Andolong mengatakan para pejabat pertahanan berharap bahwa hubungan akan tetap bersahabat setelah pembicaraan penghentian berakhir.
“Itu adalah harapan di departemen pertahanan karena seperti yang kami katakan ini bukan jumlah total hubungan kami dengan Rusia,” kata Andolong.
Akan menarik menyaksikan bagaimana respons Rusia terhadap pembatalan Filipina ini.