Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dianggap Terlambat Deteksi Gangguan Ginjal Misterius, Ini Jawaban Kemenkes

Kementerian Kesehatan mengungkapkan kenaikan kasus gangguan ginjal akut pada anak terjadi sejak Agustus.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meresmikan program Biomedical  Genome Science Initiative (BGSi) di RSCM, Jakarta pada Minggu (14/8/2022)/Dok. Kemenkes
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meresmikan program Biomedical Genome Science Initiative (BGSi) di RSCM, Jakarta pada Minggu (14/8/2022)/Dok. Kemenkes

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak di Indonesia mengalami lonjakan kenaikan pada bulan Agustus. 

Menkes juga mengungkap, setelah kenaikan tersebut, penyelidikan mulai dilakukan oleh Kemenkes dan pihak terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal ini.

"Dan kita mulai melihat itu lonjakan di bulan Agustus, naik sekitar 34 kasus, begitu ada kenaikan kita mulai melakukan penelitian, ini penyebabnya apa," kata Menkes Budi melalui konferensi pers pada Jumat (21/10/2022).

Saat ditanyai mengenai keterlambatan deteksi Kemenkes terhadap lonjakan kasus, Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril menyebut, kasus ini baru terjadi di Indonesia. Menurutnya ada berbagai hal yang perlu diperbaiki.

"Jadi memang kasus ini sebagian yang mengatakan misterius salah satunya karena belum diketahui sebabnya, jadi pengalaman Indonesia belum ada kasus yang serupa," ungkap dr. Syahril dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa (25/10/2022).

Lebih lanjut, dr. Syahril menerangkan, penanganan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal ini di Indonesia harus dilakukan dari hulu ke hilir. Hal ini menjadi catatan yang penting  bagi bangsa Indonesia agar mengawalnya dari hulu sampai Hilir.

"Dari hulu itu artinya apa masyarakat akan disosialisasikan bagaimana harus berperilaku. Pertama, tidak minum obat sembarangan ya tanpa satu keterangan atau konsultasi pihak tenaga kesehatan,"

Menurutnya, dari kejadian ini Indonesia mulai memahami bahwa tidak semuanya obat bisa aman apabila kita berikan tanpa adanya konsultasi dengan dokter. 

Selain itu, dr. Syahril juga menyebut, Kemenkes telah melakukan respon sejak Agustus berupa edaran tatalaksana serta pembentukan tim penelitian hingga melakukan sederet penelitian dan penyelidikan.

"Yang kedua kita telah membentuk tim dengan melakukan penelitian, ya karena ini kan kasus baru ya, maka kita cari satu persatu dengan teliti penyebabnya," pungkas dr. Syahril.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Widya Islamiati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper