Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Sebut Ada 28 Negara Antre Pinjam Uang IMF, Indonesia Termasuk?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa sebanyak 28 negara mengantre untuk meminta pertolongan kepada IMF.
Presiden Jokowi menerima kunjungan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/8/2022). Dok. BPMI Setpres/Muchlis Jrrn
Presiden Jokowi menerima kunjungan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/8/2022). Dok. BPMI Setpres/Muchlis Jrrn

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa sebanyak 28 negara mengantre untuk meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) agar membantu perekonomian di Negara tersebut.

"Saya pagi ini mendapat informasi dari pertemuan di Washington DC [Annual Meeting IMF] bahwa 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi 'pasien'," ujarnya saat menyampaikan pidato dalam Investor Daily Summit 2022, Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, kondisi krisis yang membuat negara meminta tolong kepada IMF seharusnya menjadi peringatan bagi Indonesia.

Tujuannya, kata Kepala Negara, agar tidak sampai berada di posisi yang sama atau menjadi Negara ke-29 yang mengantre kepada IMF.

"Ini yang kita lagi tetap menjaga optimisme, tetapi yang lebih penting hati-hati dan waspada," katanya.

Jokowi mengatakan bahwa sejatinya perubahan fundamental dalam ekonomi global memang tengah terjadi, apabila dulu ekonomi relatif mudah diprediksi, dihitung, dikalkulasi, tetapi saat ini kondisi global menjadi dunia yang penuh ketidakpastian dengan volatilitas tinggi.

"Kalau dulu biasanya semua negara ngejarnya pasti di bagaimana (suku) bunga bisa di serendah mungkin, inflasi serendah mungkin, semua sekarang berubah. Ditambah konfrontasi geopolitik, plus perubahan iklim. Bencana alam makin sering terjadi," tuturnya.

Apalagi, dia melanjutkan setelah adanya perang Rusia dan Ukraina yang membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti yang turut dibuktikan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023 yang terjerumus dari perkiraan awal 3 persen menjadi 2,2 persen.

"Ini lah yang sering disampaikan, membayar harga dari sebuah perang, yang harganya sangat mahal sekali. Tetapi, dengan ketidakpastian yang disampaikan, kita harus tetap optimis. Tetapi, hati-hati dan waspada," pungkas Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper