Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah ledakan keras terdengar di ibu kota Ukraina Kyiv pada Senin (10/10/2022) pagi waktu setempat, dua hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Ukraina atas ledakan di jembatan utama Krimea.
Dilansir dari Bloomberg, ledakan terdengar di pusat kota Kyiv pada pukul 08.15 waktu setempat. Peringatan serangan udara diaktifkan di seluruh Ukraina.
Walikota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan sejumlah ledakan dilaporkan di distrik pusat Kyiv dan segera direspons oleh unit reaksi cepat. Sementara itu, pasukan Rusia melanjutkan serangan rudal di kota selatan Zaporizhzhia dan merusak sebuah gedung apartemen.
Selain itu, ledakan juga dilaporkan di wilayah Odesa, kota Dnipro, dan Lviv di ujung barat Ukraina.
Dilansir dari Euronews, Layanan Darurat Negara mengatakan bahwa ledakan tersebut menyebabkan korban jiwa dan luka. Namun, jumlah korban masih belum diketahui secara pasti.
“Beberapa ledakan di distrik Shevchenkiv - di pusat ibukota. Semua layanan cepat tanggap segera menuju TLP. Detailnya menyusul kemudian,” kata Vitalii Klitchko seperti dikutip Euronews.
Baca Juga
Ini adalah serangan pertama di ibukota Ukraina dalam beberapa bulan terakhir. Peringatan serangan udara pun terdengar di setiap wilayah kecuali Krimea. Hal ini terjadi setelah Putin menuduh pasukan Ukraina melakukan ledakan yang mengganggu jembatan yang menghubungkan semenanjung dengan daratan Rusia.
Ukraina belum secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di jembatan bernilai miliaran dolar tersebut, yang menjadi lambang perampasan tanah Rusia sebelumnya di Ukraina. Namun, Ukraina memperingati ledakan tersebut dalam beberapa jam dengan merilis perangko baru.
Membentang 19 kilometer melintasi Selat Kerch, jembatan tersebut adalah proyek khas Putin setelah semenanjung itu dicaplok pada 2014. Putin membuka jembatan itu pada 2018 dengan mengendarai truk melintasinya.
Putin berencana untuk bertemu dengan Dewan Keamanan Rusia di Moskow pada hari Senin. Dia menunjuk dinas rahasia Ukraina pada pertemuan dengan ketua Komisi Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin, menurut transkrip yang diposting di situs web Kremlin.