Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Tragedi Kanjuruhan, Ketum PSSI: Gas Air Mata Baru Pertama Digunakan dalam Sejarah BRI Liga 1

Ketua Umum PSSI akhirnya buka suara terkait Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.
 Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan/PSSI
Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan/PSSI

Bisnis.com, SOLO - Ketua Umum (Ketum) PSSI, Mochamad Iriawan, angkat bicara tentang penembakan gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.

Menurut pria yang akrab dipanggil Iwan Bule tersebut, penggunaan gas air mata baru pertama kali dilakukan dalam sejarah BRI Liga 1.

"Ini baru pertama terjadi gas air mata dalam stadion. Ini bisa ditanyakan ke tim investigasi polri," katanya dilansir dari Tempo.

Sementara menurut aturan FIFA, gas air mata tidak boleh digunakan untuk mengamankan massa di dalam sepak bola.

Iwan Bule juga mengatakan bahwa PSSI dan Polri akan membentuk aturan khusus soal pengamanan pertandingan sepak bola ke depannya.

"Nanti ada Peraturan Kapolri khusus, sementara diskusikan dengan Pak Asisten Operasioinal Polri (Irjen Agung Setyaa). Nanti disesuaikan apa pihak keamanan di luar saja, atau pake rompi apa, nanti itu diadopsi aturan seperti itu," ujarnya.

Pada momen wawancara dengan Tempo tersebut, Iwan Bule juga berbicara tentang stadion Kanjuruhan yang terkunci.

Menurutnya, hal itu merupakan kesalahan dari panitia pelaksana pertandingan Arema FC. 

Panpel menganggap jika kondisi akan aman karena stadion Kanjuruhan hanya diisi oleh suporter Arema alias tanpa ada Bonek.

Akan tetapi dari kacamata Iwab Bule, gerbang stadion seharusnya tetap dibuka dan tidak dikunci seperti yang terjadi di Kanjuruhan.

"Kami mendapatkan panpel merasa aman di dalam karena tidak ada suporter dari surabaya yang datang. Kelalaiannya di situ. Tapi bagaiamana pun kondisinya stadion harus dibuka," kata mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.

Belakangan ini, selain menyalahkan Polisi karena menggunakan gas air mata di stadion, netizen juga menyoroti pintu stadion yang terkunci.

Stadion yang terkunci ini disebut membuat suporter berdesakan karena tak kuat dengan efek tembakan gas air mata di dalam stadion.

Momen desak-desakan inilah yang diduga menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper