Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Pendidikan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim disorot karena keberadaan tim bayangan yang ada di belakangnya. Jumlah tim tersebut konon ada 400 orang.
Keberadaan tim bayangan terungkap saat Nadiem memberikan pidato di United Nations Transforming Education Summit pada Senin (19/9/2022) lalu.
Pada saat itu, Nadiem mengatakan bahwa Kementeriannya memiliki suatu shadow organization yang anggotanya sekitar 400 orang. Ratusan orang tersebut meliputi product manager, data scientist, hingga software engineer.
"Kami sekarang memiliki 400 orang product manager, software engineer, dan data scientist yang bekerja sama sebagai tim yang melekat untuk Kementerian," ungkap Nadiem dalam video yang diunggah di akun Instagram @nadiemmakarim, Selasa (20/9/2022).
Nadiem menjelaskan setiap bagian memiliki tugas masing-masing. Product manager serta ketua tim bahkan memiliki posisi yang hampir sejajar dengan Direktur Jenderal (Dirjen) di lingkungan Kemendikbudristek.
Menurut mantan bos GoJek itu, keberadaan tim shadow organization ini memiliki andil dalam peluncuran berbagai produk yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek.
Baca Juga
Pasalnya, tim tersebut memiliki hak untuk merivisi maupun menyempurnakan arahan yang sebelumnya telah disampaikan oleh pihak Kemendikbudristek.
"Kementerian akan menyampaikan arahan kepada mereka dan tim produk akan melakukan pengecekan dan melakukan survei untuk mevalidasi hal yang telah dikerjakan," terang Nadiem.
Menurut Nadiem, kerja sama yang terjalin antara pihaknya dan tim tersebut pada akhirnya menjadi upaya dari Kemendikbudristek untuk dapat merancang serta mewujudkan paradigma baru mengenai desain pembelajaran yang dapat berpusat pada penggunaan teknologi.
Kritik dari Berbagai Pihak
Munculnya sebutan shadow organization di lingkungan Kemendikbudristek pada akhirnya menimbulkan berbagai pertanyaan dari sejumlah pihak, tak terkecuali Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G).
Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri menitikberatkan permasalahan pada skema pembayaran serta keberadaan ASN yang memang berada di bawah Kemendikbudristek.
"400 orang ini digaji oleh APBN atau bagaimana? Jika iya, harus disampaikan ke publik dalam rangka asas akuntabilitas dan transparansi, sebab hal ini menyangkut uang rakyat," tutur Iman dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (27/9/2022).
Sementara itu, Iman mengkhawatirkan pembentukan shadow organization tersebut juga dapat menggoyahkan keadaan birokrasi internal Kemendikbudristek terkait kedudukan ASN. Hal ini tentunya dapat berdampak pada kinerja para ASN dan berpotensi menimbulkan perasaan demotivasi kerja di tiap-tiap ASN.
Klarifikasi Nadiem Makarim
Di sisi lain, keberadaan shadow organization itu ternyata masih terus menjadi perbincangan hingga saat ini. Hal tersebut membuat Nadiem akhirnya angkat bicara atas kegaduhan yang telah disebabkannya.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI, Nadiem menemui kekeliruan dalam tatanan bahasa yang digunakannya. Nadiem meluruskan bahwa shadow organization yang disebutkannya itu sebenarnya adalah vendor yang disebut sebagai GovTech Edu. Tim tersebut adalah bagian dari PT Telkom.
"Ada sedikit kesalahan dalam menggunakan kata shadow organization, yang saya maksudkan itu sebenarnya organisasi ini mirroring terhadap Kemendikbudristek," jelas Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, Senin (26/9/2022).
Nadiem menjelaskan, pengertian mirroring disini artinya adalah tim GovTech Edu akan bekerja sama dengan tiap-tiap Direktorat Jenderal yang ada di dalam Kemendikbudristek untuk menghasilkan maupun menyediakan layanan pendidikan dengan berbasis teknologi.
Keberadaan tim GovTech Edu yang berhasil membantu Kemendikbudristek untuk terus meluncurkan berbagai terobosan baru itu akhirnya mendapatkan respon positif dari berbagai negara yang ikut serta dalam agenda United Nations Transforming Education Summit.
Nadiem menerangkan bahwa tak sedikit negara-negara yang berkemauan untuk mempelajari inovasi budaya kerja yang telah diterapkan oleh Kemendikbudristek.
Mereka ingin mengetahui bagaimana Kemendikbudristek dapat melakukan hubungan kerja yang didasarkan oleh filsafat kemitraan dan gotong royong.
"Inovasi yang dipuji bukan kita meluncurkan produk, tetapi adalah cara birokrasi kami, ASN hebat di Kemendikbudristek tidak memperlakukan mereka sebagai vendor. Itu jadi inovasi budaya dalam Kemendikbudristek," tegasnya.