Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menilai bahwa Rusia mendulang keuntungan yang sangat besar akibat meletusnya perang Rusia vs Ukraina.
Hal tersebut disampaikan oleh Sandiaga Uno dalam acara CEO Mastermind 7. Cuplikan paparannya mengenai perang dan minyak Rusia diunggah dalam akun instagram miliknya @sandiuno pada Sabtu (20/8/2022).
"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Because it's profitable. Rusia setiap harinya, dengan harga minyak yang naik dan dia menjual sekarang di bawah harga pasar, untungnya US$6 miliar dolar per hari," ujar Sandi, dikutip dari unggahan Instagram miliknya, pada Senin (22/8/2022).
Dia mengatakan Rusia memang mengeluarkan biaya untuk perang atau cost of war melawan Ukraina sebesar US$1 miliar setiap harinya. Namun, Sandi menilai Rusia tetap untung besar karena mendapat keuntungan dari hasil penjualan minyak.
"Jadi Rusia profit setiap hari berapa? US$5 miliar per hari," imbuh Sandi.
Lantas, benarkah Rusia justru mendapat keuntungan yang sangat besar setelah melancarkan invasi ke Ukraina?
Dilansir dari artikel Bloomberg yang tayang pada 11 Juli 2022, neraca transaksi berjalan Rusia mencapai rekor surplus hingga US$70 miliar atau setara dengan Rp1,04 triliun pada kuartal II/2022.
Surplus tersebut terjadi seiring lonjakan pendapatan dari ekspor energi dan komoditas membantu mengimbangi dampak sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa yang dikenakan atas invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Bloomberg menyebutkan surplus transaksi berjalan Rusia, khususnya dari perdagangan barang dan jasa, pada kuartal II/2022 menjadi yang terbesarsejak 1994, menurut data yang dirilis oleh bank sentral Rusia.
Penutupan keran impor yang didorong oleh sanksi berkontribusi pada surplus neraca transaksi berjalan Rusia selama awal 2022. Hal itu telah muncul sebagai jalur kehidupan ekonomi utama bagi Kremlin ketika AS dan sekutunya mencoba mengisolasi Rusia dari perdagangan global.
"Selama semester I/2022, surplus mencapai US$138,5 miliar [atau setara dengan Rp2.064 triliun]," kata bank sentral Rusia dikutip dari Bloomberg, Senin (22/8/2022).
Sejak meletusnya perang Rusia vs Ukraina, Rusia telah berhenti merilis data rinci tentang impor dan ekspor. Namun, arus perdagangan Rusia dapat diperkirakan dari angka yang dirilis oleh negara-negara mitra.
Pada Mei 2022, ada tanda-tanda impor telah stabil dengan lima negara yang menyumbang sekitar setengah dari perdagangan Rusia seiring ekonomi Negeri Beruang Merah tersebut beradaptasi dan bisnis mulai menemukan rute baru untuk pengiriman komoditas.
"Surplus transaksi berjalan yang melonjak, dikombinasikan dengan kontrol modal yang ketat yang membatasi permintaan valuta asing, telah membantu menjadikan rubel mata uang berkinerja terbaik tahun ini di antara rekan-rekan pasar berkembang," tulis Bloomberg.