Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Kembali Kirim Delegasi ke Taiwan, China: Sekuel Beracun

Belum reda konflik yang ditimbulkan karena kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi. Kini Taiwan kembali membuat China meradang.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping/The Moscow Times
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping/The Moscow Times

Bisnis.com, SOLO - China dikabarkan kembali meradang setelah AS mengirimkan delegasi keduanya ke Taiwan.

Dilansir dari Global Times, wakil kedua AS telah mendarat di Taiwan pada Minggu, 21 Agustus 2022.

Dia adalah Gurbernur Indiana, Eric Holcomb.

Kunjungan Holcomb ke Taiwan disebut ingin mengadakan pembicaraan mengenai masalah bisnis di negara tersebut.

Bukan hanya taiwan, Holcomb rencananya juga akan berkunjung ke Korea Selatan dalam agenda yang sama.

"Saya mendarat di Taipei untuk memulai perjalanan pengembangan ekonomi di Taiwan & Korea Selatan. Indiana adalah rumah bagi 10 bisnis Taiwan dan 12 bisnis Korea Selatan," cuit Holcomb di media sosialnya.

"Minggu ini menandai perjalanan kedua saya ke Korea Selatan sebagai Gubernur & saya bangga menjadi gubernur pertama untuk mengunjungi Taiwan sejak sebelum pandemi," tambah sang Gurbenur Indiana.

Ini adalah kunjungan kedua delegasi AS setelah kunjungan singkat Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang membuat marah China dan memicu ketegangan militer di Selat Taiwan.

Delegasi kedua AS ini dikabarkan kembali memicu kemarahan Beijing. 

Pihak China bahkan menganggap delegasi kedua ini adalah sekuel berkelanjutan campur tangan AS ke Taiwan.

"Kunjungan Holcomb tampaknya merupakan sekuel beracun setelah kunjungan Pelosi," kata Lu Xiang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China.

Lu juga menambahkan jika kunjungan keduanya delegasi AS ini kemungkinan untuk mengeksploitasi ketegangan yang muncul dengan menggunakan Taiwan sebagai pion.

"Kunjungan ini mendorong politisi AS untuk percaya bahwa sejak kunjungannya telah meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan, orang lain dapat memanfaatkan ketegangan tersebut untuk mencapai keuntungan politik pribadi mereka dan menunjukkan kehadiran mereka," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper