Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Bingung, Tak Ada yang Bisa Ditonjolkan di W20 Summit

Saking malunya, Gubernur Edy Rahmayadi meninggalkan acara W20 Summit dan bertolak ke tempat lain.
Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi saat menghadiri acara di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, Kamis (21/7/2022). / Istimewa
Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi saat menghadiri acara di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, Kamis (21/7/2022). / Istimewa

Bisnis.com, MEDAN - Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi blak-blakan mengaku bingung karena tak ada yang bisa dibanggakan dalam ajang Women Twenty (W20) Summit di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.

Saking malunya, Edy meninggalkan acara tersebut dan bertolak ke tempat lain. Pengakuan ini disampaikan Edy saat menghadiri acara di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, Kamis (21/7/2022).

"Apa yang bisa aku tonjolkan. Mau menonjolkan jalan kita itu? Oh, lebih mulus di Eropa sana. Jadi apa yang mau aku banggakan? Bingung juga aku. Sekarang masih di sana orang itu, ke sini aku," kata Edy disambut tawa peserta acara.

Ajang W20 Summit di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara yang berlangsung 19 - 21 Juli 2022 diwarnai sejumlah peristiwa. Mulai dari kebakaran hutan yang menimbulkan asap hingga aksi pembentangan sepanduk berukuran raksasa oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di perairan Danau Toba.

Satu di antara LSM yang terlibat adalah Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatra Utara (BAKUMSU). Menurut Koordinator Divisi Studi dan Advokasi BAKUMSU Juniaty Aritonang, ajang W20 Summit kali ini tak lebih sekadar seremonial belaka.

Acara tersebut berlangsung di kawasan Danau Toba. Namun, kata dia, acara tersebut sama sekali tidak menyinggung derita yang dialami sejumlah komunitas perempuan adat di wilayah itu. 

Faktor itulah yang membuat mereka mengambil sikap. Saat W20 Summit berlangsung, mereka membentangkan sepanduk berukuran raksasa di perairan Danau Toba pada Rabu (20/7/2022) lalu.

Melalui sepanduk bertuliskan "North Sumatra Women Against Deforestation" itu, sejumlah pegiat perempuan pedesaan kawasan Danau Toba berpesan kepada para peserta W20 Summit agar menjaga hutan dan hak-hak perempuan adat dari ancaman deforestasi dan eksploitasi lahan.

"Ini soal tidak adanya kebijakan negara terhadap perlindungan dan pemenuhan hak masyarakat adat, khususnya kaum perempuan di kawasan Danau Toba secara khusus," kata Juniaty kepada Bisnis.

Menurut Juniaty, sejumlah masyarakat adat di kawasan Danau Toba telah bertahun-tahun memperjuangkan haknya yang dirampas. Satu di antara mereka adalah masyarakat adat Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita Sihaporas (Lamtoras) di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.

"Itu hanya seremonial. Mereka bicara soal kesetaraan gender dan peningkatan ekonomi perempuan. Tapi ruang kelola untuk perempuan adat di kawasan Danau Toba sendiri terganggu, jadi bagaimana perekonomian mereka bisa meningkat? Ini yang tidak diperhatikan dalam W20 itu," kata Juniaty.

Menurut Juniaty, ajang W20 Summit di kawasan Danau Toba justru tidak menyinggung persoalan yang dialami kaum perempuan adat di daerah tersebut.

"Mereka tidak menyinggung hal itu. Mereka hanya bicara global, tapi kondisi masyarakat, khususnya perempuan adat di Danau Toba, tidak mereka sentuh," katanya.

Melalui pernyataan tertulis, Chair W20 Indonesia Hadriani Uli Silalahi menanggapi aksi para perempuan adat kawasan Danau Toba yang digelar bertepatan dengan acara mereka.

"Kami mengapresiasi aspirasi dan masukan yang disampaikan beberapa rekan LSM tersebut untuk menjadi masukan kami," kata Uli.

Uli mengatakan, forum Konferensi Tingkat Tinggi W20 telah melibatkan dan membahas berbagai isu lokal. Menurutnya, sejumlah isu mengenai lapangan pekerjaan dan lingkungan telah dibahas pada working group yang berbeda di G20.

"Untuk beberapa issue lainnya kami juga telah mengajak dan mendiskusikan bersama dengan Kadin dan para pelaku UMKM sebelumnya," kata dia.

Selain diwarnai aksi pembentangan sepanduk raksasa, ajang W20 Summit di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, juga tercoreng oleh peristiwa kebakaran hutan. Asap yang ditimbulkan bahkan menarik sorotan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno.

Sandi menyayangkan peristiwa tersebut karena panorama Danau Toba terganggu tatkala W20 Summit sedang berlangsung.

"Karena ini sangat sayang. Apalagi view Danau Toba sangat bagus, tapi sedikit ada kabut karena efek dari asap," ujar Sandiaga saat menghadiri W20 Summit pada Selasa (19/6/2022).

Sejak sepekan terakhir, peristiwa kebakaran melanda kawasan Danau Toba. Peristiwa pertama terjadi di hutan lindung Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara dan Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba pada Sabtu (16/7/2022) lalu.

Selang beberapa hari kemudian, api berhasil dipadamkan pada Senin (18/7/2022). Akan tetapi, asap dari sisa-sisa kebakaran masih mengepul dan menyebar hingga ke sisi lainnya. Kebakaran menyebabkan satu orang warga meninggal dunia dan hutan seluas 50 hektare hangus.

Tak lama setelah itu, peristiwa serupa juga terjadi di Kabupaten Samosir. Kebakaran menyebabkan 250 hektare hutan lindung di tempat itu ludes. Menurut Kepala Dinas Kehutanan Pemprov Sumatra Utara Herianto, kobaran api di dua tempat itu kini telah berhasil dipadamkan.

"Sekarang (api) sudah padam walaupun masih ada sedikit sisa-sisa," ujar Herianto kepada Bisnis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper