Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Jepang (PM) Shinzo Abe meninggal dunia akibat luka tembak pada Jumat (8/7/2022). Dia ditembak oleh Yamagami Tetsuya saat menyampaikan pidato di suatu acara kampanye di Nara, Jepang.
Tragedi penembakan tersebut menggegerkan dunia, selain karena ketokohan Shinzo Abe, Jepang diketahui menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian rendah akibat tembakan senjata api yakni kurang dari 10 kasus per tahunnya.
Alasannya, di Negeri Sakura, izin kepemilikan senjata api sangat sulit dan rumit. Untuk bisa memiliki senjata api, warga Jepang harus memperoleh surat rekomendasi dari asosiasi penembakan.
Dikutip dari BBC, untuk mendapatkan rekomendasi tersebut, masyarakat yang akan mengajukan kepemilikan senjata api harus terlebih dahulu mengikuti ujian tertulis dan diwajibkan untuk lulus dalam tes jarak tembak dengan nilai minimal 95 persen.
Selain itu, masyarakat juga diharuskan melewati tes kesehatan mental dan bebas obat-obatan terlarang yang akan dilanjutkan dengan pemeriksaan catatan kriminal oleh pihak kepolisian setempat.
Tidak hanya itu, pihak kepolisian juga akan memeriksa keluarga, kerabat, dan bahkan rekan kerja dari masyarakat yang ingin memperoleh senjata api sebelum dikeluarkannya rekomendasi dari asosiasi penembakan Jepang.
Baca Juga
Selanjutnya, pemiliki senjata api harus melaporkan kepada pihak kepolisian terkait tempat penyimpanan senjata dan akan dilakukan pemeriksaan senjata sekali dalam setahun.
“Setelah 3 tahun lisensi habis, masyarakat diharuskan untuk mengikuti kursus dan lulus dalam ujian tulis kembali,” dikutip dari BBC, Jumat (8/7/2022).
Adapun, Shinzo Abe sempat berada dalam kondisi serius atau kritis pascainsiden penembakan. Seorang pejabat di Nara mengatakan bahwa mantan perdana menteri itu tidak lagi menunjukkan tanda-tanda perbaikan kesehatan. Dia dilaporkan dalam keadaan cardiopulmonary arrest seperti dikutip JapanTimes.co.jp Jumat (8/7), sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.