Bisnis.com, JAKARTA – Ahli epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman menyebut, bahwa salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Singapura dan negara Asia lainnya adalah sirkulasi subvarian Omicron BA4 dan BA5.
Menurutnya, peningkatan kasus di berbagai kawasan Asia hal yang wajar. Bahkan, besar kemungkinan sulit mencegah terjadinya gelombang keempat akibat subvarian Omicron BA4 dan BA5.
“Adanya subvarian BA4 dan BA5 ini memang jauh lebih cepat dalam menimbulkan dampak karena kecepatan mutasi 12 kali jauh lebih cepat dari varian-varian sebelumnya,” kata Dicky saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/7/2022).
Sebagai informasi, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan negaranya memasuki gelombang keempat kasus Covid-19, Selasa (5/7/2022). Pernyataan gelombang keempat dilontarkan menkes ketika kondisi kasus positif harian pada hari itu mencapai 12.784 kasus.
Jumlah tersebut naik sekitar 10 persen dari Selasa (28/6/2022) yakni 11.504 kasus.
Ong mencatat sebanyak 50 persen kasus positif baru saat ini merupakan akibat dari subvarian Omicron BA4 dan BA5 yang tengah merebak di seluruh negara.
Namun, dia meyakini bahwa gelombang baru ini tidak tidak akan separah gelombang Omicron sebelumnya. Hal ini didasarkan pada kekebalan tubuh masyarakat dari perolehan vaksin booster atau pemulihan imunitas setelah terinfeksi. Ong menyebut kedua kondisi itu dapat mengurangi penularan virus.
“Untuk gelombang saat ini, penilaian kami tidak akan separah gelombang Omicron yang kami alami awal tahun ini. Ini karena banyak dari kita telah memperoleh kekebalan yang lebih kuat, baik melalui suntikan penguat atau pemulihan dari infeksi," kata Ong dikutip dari Channel News Asia, Rabu (6/7/2022).
Di sisi lain, pihaknya telah sigap mengantisipasi munculnya gelombang baru. Meski begitu, dia tak mengira lonjakan kasus akan terjadi lebih cepat dari dugaan awalnya yaitu pada Juli akhir menuju Agustus.
Senada dengan Dicky, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan penyebab utama dari lonjakan Covid-19 saat ini disebabkan adanya triple mutan yang tengah bersirkulasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia yakni BA4 dan BA5, serta BA 2.75.
"Saya pikir tiga varian ini dari second generation subvarian yang bersirkulasi, tetapi kita diuntungkan dengan virulensi yang rendah dan tingkat kematiannya pun relatif rendah," katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/7/2022).
Meski tiga jenis subvarian tersebut tidak ganas, namun dia menekankan perlu penjagaan terhadap kelompok-kelompok rentan seperti bayi di bawah 5 tahun, lansia, pasien komorbid, dan imunokompromais (kondisi seseorang sulit melawan infeksi yang menurun).