Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin membahas kerja sama bilateral dan kesepakatan nuklir dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi melalui hubungan telepon, menurut Kremlin.
Dalam hubungan telepon itu, Putin menyampaikan belasungkawa atas kecelakaan kereta api di Iran timur yang menewaskan 17 orang dan melukai banyak orang lainnya.
Presiden Rusia menyatakan sikap bersama Iran untuk mengembangkan dan memperkuat hubungan dalam perdagangan dan ekonomi.
Sejauh ini, Iran merupakan salah satu negara yang mendukung invasi Rusia atas Ukraina selain Korea Utara dan Suriah.
Kedua pemimpin juga mencatat perlunya mencapai kesepakatan akhir mengenai pemulihan kesepakatan nuklir Iran.
Selain Rusia, Iran merupakan negara dengan kekuatan nuklir meski selama ini mendapat pengawasan dari PBB terkait pengayaan uranium.
Baca Juga
"Masalah memastikan stabilitas dan keamanan regional juga disinggung, khususnya komitmen untuk bekerja lebih lanjut dalam kerangka proses untuk mendukung pemukiman Astana di Suriah," menurut sebuah pernyataan seperti dikutip Anadolu Agency, Kamis (9/6/2022).
Pembicaraan antara Iran dan kekuatan dunia di Wina untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir pada 2015 telah terhenti di tengah ketidaksepakatan utama antara Teheran dan Washington. AS secara sepihak keluar dari kesepakatan itu semasa Presiden Donald Trump.
AS keluar dari kesepakatan pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.
Sebagai tanggapan, Teheran meningkatkan proses pengayaan uraniumnya dari 3,65 persen yang ditetapkan dalam kesepakatan, menjadi 60 persen.