Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 1.000 kasus cacar monyet dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini di luar negara-negara di Afrika yang merupakan tempat penyebarannya secara umum.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa risiko cacar monyet yang berkembang di negara-negara non-endemik itu nyata, tetapi dapat dicegah pada saat ini.
Dua puluh sembilan negara telah melaporkan kasus wabah saat ini yang dimulai pada Mei. Namun, belum ada yang melaporkan kematian.
Pada konferensi pers di Jenewa, Tedros juga mengatakan lebih dari 1.400 kasus yang diduga cacar monyet tahun ini di Afrika dengan 66 kematian.
"Sungguh merupakan gambaran yang disayangkan dari dunia tempat kita hidup bahwa komunitas internasional baru sekarang memperhatikan cacar monyet setelah telah muncul di negara-negara berpenghasilan tinggi," katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (9/6/2022).
Dia mengatakan, wabah itu menunjukkan tanda-tanda penularan komunitas di beberapa negara. WHO merekomendasikan orang yang mengalami cacar monyet (monkeypox) mengisolasi di rumah.
Baca Juga
Kasus tersebut masih didominasi pria yang berhubungan seks dengan pria, menurut WHO, meskipun juga ada kasus pada pasangan normal yang telah dilaporkan.
Badan PBB telah bekerjasama dengan organisasi termasuk AIDS PBB dan kelompok masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan menghentikan penularan.
Vaksinasi pascaterpapar, termasuk untuk petugas kesehatan atau kontak dekat seperti pasangan seksual, idealnya dalam empat hari, menurut WHO.
Sedangkan, vaksin yang dirancang untuk melawan cacar dan virus terkait yang lebih berbahaya yang dibasmi dunia pada tahun 1980, juga berfungsi untuk melindungi dari cacar monyet, menurut penelitian.
Pejabat senior WHO Sylvie Briand mengatakan badan tersebut menilai vaksin itu berpotensi untuk penanganan cacar monyet dan telah menghubungi produsen dan negara-negara yang sebelumnya telah menjanjikan vaksin.