Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah negara yang terpapar cacar monyet bertambah tiga sehingga totalnya menjadi 21 negara setelah Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara teluk pertama yang mencatat kasus tersebut. Dua negara lain yang melaporkan kasus serupa adalah Republik Ceko dan Slovenia.
Ketiga negara itu bergabung dengan 18 negara lain yang telah mendeteksi virus itu di luar wilayah asal virus yaitu Afrika. Para ahli memperkirakan penyebaran cacar monyet bisa terjadi lebih luas , tetapi risiko keparahan bagi manusia tetap rendah.
Di UEA, pejabat kesehatan mengumumkan sebuah kasus telah terdeteksi pada seorang pelancong yang baru-baru ini mengunjungi Afrika barat dan sekarang menjalani perawatan medis.
Pihak berwenang di sana menyatakan kesiapan untuk menangani wabah apa pun dan menambahkan bahwa protokol pengawasan awal untuk mendeteksi penyakit itu sudah ada.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus tersebut dapat diatasi dengan respons yang tepat di negara-negara di luar Afrika yang biasanya tidak terdeteksi.
"Kami mendorong Anda semua untuk meningkatkan pengawasan cacar monyet untuk melihat di mana tingkat penularan dan memahami ke mana arahnya," ujar direktur WHO untuk Kesiapsiagaan Bahaya Menular Global, Sylvie Briand seperti dikutip BBC.com, Rabu (25/5/2022).
Baca Juga
Menurutnya, wabah cacar monyet mungkin tidak normal, tetapi tetap dapat dikendalikan dengan penerapan kebersihan tubuh dan lingkungan.
Adapun, di luar Afrika, tercatat 237 kasus telah dikonfirmasi dan diduga cacar monyet, sedangkan otoritas kesehatan di seluruh dunia telah mengumumkan rencana untuk menahan laju virus tersebut.
Jerman mengatakan telah memesan hingga 40.000 dosis vaksin Imvanex yang akan digunakan untuk mengobati cacar, tetapi juga efektif melawan cacar monyet atau monkeypox sebagai persiapan jika wabah semakin memburuk.