Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin Finlandia dan Swedia akhirnya mengonfirmasi keinginan mereka untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menandakan perubahan kebijakan bersejarah negara Nordik itu akibat dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Keinginan kedua negara tidak saja menunjukkan bahwa ke depan mereka tidak lagi menjadi negara yang nonblok secara militer, tapi juga menunjukkan perubahan drastis peta keamanan di Eropa.
Langkah berikutnya yang akan dilakukan kedua negara adalah mempresentasikan proposal mereka ke parlemen masing-masing pada hari ini waktu setempat dan diharapkan secara resmi mengajukan aplikasi keanggotaan bersama ke aliansi 30-anggota segera setelah keputusan itu diratifikasi.
“Presiden dan komite kebijakan luar negeri pemerintah telah sepakat bahwa setelah berkonsultasi dengan parlemen, Finlandia akan mengajukan keanggotaan NATO,” kata presiden Sauli Niinistö seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (16/5/2022).
Dia juga memuji keputusan itu sebagai “hari bersejarah” bagi negara Nordik tersebut. “Lembaran baru sedang dibuka. Finlandia dilahirkan sebagai bagian dari kawasan Nordik yang stabil, kuat, dan bertanggung jawab,” katanya.
Beberapa jam kemudian, partai Sosial Demokrat Swedia menyatakan mereka telah berubah sikap yang sbelumnya menentang keanggotaan NATO akibat serangan gencar Moskow di Ukraina. Menurutnya, NATO akan semakin kuat dan luas meski Presiden Vladimir Putin ingin mencegahnya.
Baca Juga
"Hal terbaik untuk keamanan Swedia dan rakyat Swedia adalah bergabung dengan NATO," kata Perdana Menteri Magdalena Andersson dalam konferensi pers. Dia menambahkan bahwa Swedia membutuhkan jaminan keamanan formal dengan jadi anggotaan di NATO.
Menurutnya, selama ini kebijakan nonblok telah menguntungkan Swedia dengan baik, tetapi "tidak akan melakukannya di masa depan". Swedia akan "rentan" sebagai satu-satunya negara di kawasan Baltik di luar NATO, katanya, seraya menambahkan bahwa Stockholm berharap untuk mengajukan permohonan bersama dengan Helsinki.