Bisnis.com, JAKARTA -- Hubungan antara Ukraina dan Amerika Serikat (AS) semakin erat dalam menghadapi serangan Rusia yang sampai saat ini telah berlangsung lebih dari 75 hari.
AS diketahui telah beberapa kali mendukung kebijakan otoritas Kiev dengan mengirim senjata yang nilainya cukup fantastis. Senjata-senjata tersebut sejauh ini berhasil memperlambat bahkan menggagalkan berbagai serangan yang dilakukan pasukan Rusia.
Tak cukup senjata dukungan politik juga diberikan oleh AS. Kemarin anggota senat AS bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Delegasi majelis tinggi AS dipimpin oleh senator dari Republik Mitchell McConnell.
Zelensky menekankan bahwa kunjungan penting ini merupakan sinyal kuat dukungan bipartisan untuk Ukraina dari Kongres AS dan rakyat Amerika.
Dia mencatat bahwa hari ini Ukraina berperang melawan Rusia, membela tidak hanya negaranya, tetapi juga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan, hak bangsa-bangsa untuk secara bebas memilih masa depan mereka sendiri.
"Rusia melakukan genosida terhadap rakyat Ukraina. Melakukan kejahatan perang yang menakutkan seluruh dunia - penyiksaan, penembakan massal, pemerkosaan. Eropa belum pernah melihat kejahatan seperti itu sejak Perang Dunia II," katanya dilansir dari laman resmi Presiden Ukraina, Minggu (15/5/2022).
Baca Juga
Zelensky mengakui peran khusus Amerika Serikat dalam meningkatkan tekanan sanksi terhadap Rusia. Secara khusus, dia menekankan adopsi oleh Kongres Amerika Serikat atas undang-undang yang melarang impor minyak Rusia dan penangguhan hubungan perdagangan dengan Rusia dan Belarusia.
"Saya menantikan dukungan Amerika Serikat untuk sanksi lebih lanjut. Selain itu, kami percaya bahwa Rusia harus secara resmi diakui sebagai negara - sponsor terorisme," kata Zelensky.
Zelensky berterima kasih kepada Amerika Serikat atas kepemimpinannya dalam mendukung Ukraina.
Putin Ingatkan Finlandia
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan komunikasi lewat telepon dengan Presiden Finlandia, Sauli Niinisto.
Dilansir dari laman resmi Kremlin, kedua pemimpin negara melakukan pertukaran pandangan yang tulus atas keputusan yang diumumkan oleh Finlandia untuk mengajukan keanggotaan NATO.
Putin mengingatkan bahwa menolak kebijakan netralitas militer akan salah, karena sejauh ini tidak ada ancaman terhadap keamanan Finlandia.
Dia juga menekankan bahwa perubahan arah kebijakan luar negeri negara tersebut dapat memiliki efek negatif pada hubungan Rusia-Finlandia, yang telah dibangun selama bertahun-tahun dalam semangat bertetangga dan kerjasama kemitraan dan memiliki sifat saling menguntungkan.
"Para pemimpin juga membahas situasi di Ukraina. Secara khusus, Vladimir Putin berbagi pendapatnya tentang keadaan proses negosiasi antara perwakilan Rusia dan Ukraina. Proses ini praktis ditunda oleh Kiev, yang tidak menunjukkan minat pada dialog yang serius dan konstruktif," tukasnya.