Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Orang Kelaparan pada 2022 Akan Bertambah Banyak Akibat Perang Rusia Ukraina

Pada 2021, hampir 193 juta orang di 53 negara di dunia menderita ketidakpastian makanan akut (acute food insecurity) dan berujung pada kelaparan dan terganggunya kelangsungan hidup.
Warga Ukraina terpaksa mengungsi dari rumahnya lantaran pasukan Rusia membombardir kota Mariupol, Ukraina/Aljazeera
Warga Ukraina terpaksa mengungsi dari rumahnya lantaran pasukan Rusia membombardir kota Mariupol, Ukraina/Aljazeera

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah orang kelaparan di dunia sudah melonjak 25 persen pada 2021. Jumlah orang kelaparan di dunia ini pun diperkirakan kian bertambah pada 2022 akibat dampak perang di Ukraina serta harga-harga makanan yang melambung.

Global Network Against Food Crises menjelaskan konflik di sejumlah negara seperti Ethiopia dan Afghanistan yang memburuk serta dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian menjadi batu sandungan terhadap akses makanan di dua negara tersebut. Sedangkan cuaca buruk menjadi masalah lain di Madagaskar yang menyebabkan arus pergerakan pasokan makanan tidak lancar.

Pada 2021, hampir 193 juta orang di 53 negara di dunia menderita ketidakpastian makanan akut (acute food insecurity) dan berujung pada kelaparan dan terganggunya kelangsungan hidup. Jumlah tersebut naik 25 persen dari 155 juta orang di 55 negara pada 2020 atau rekor tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Global Network Against Food Crises pun memperkirakan tingkat orang kelaparan akan makin banyak pada 2022.

“Perang di Ukraina sangat mempengaruhi tiga dimensi krisis yaitu pangan, energi, dan keuangan, dengan dampak terparah akan paling terasa bagi orang, negara, dan perekonomian yang paling rentan di dunia,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres dalam laporan tersebut, dikutip Bloomberg, Rabu (4/5/2022).

Adapun, Ukraina merupakan salah satu produsen biji-bijian dan minyak nabati terbesar di dunia. Dengan adanya perang, panen hingga ekspor produk tersebut dipastikan terganggu.

Harga-harga bahan pangan dunia pun telah melonjak ke rekor tertingginya, bahkan lebih tinggi dari level saat krisis pada 2008 dan 2011. Hal ini pun memengaruhi banyak negara mulai dari Sri Lanka hingga Peru. Tak ayal, kebijakan proteksionisme pun diberlakukan atas produk-produk ekspor ke luar negeri untuk memastikan keamanan pasokan domestik di masing-masing negara.

“Perang akan memiliki konsekuensi terhadap keamanan pangan global, karena jutaan masyarakat Ukraina telah terpisah-pisah dan negara-negara yang tergantung dengan impor tidak dapat pasokan dari Ukraina maupun Rusia,” tulis laporan tersebut. 

Dengan demikian, apabila kondisi perang berlarut-larut, dipastikan pemulihan ekonomi pascapandemi pun akan sulit terjadi. Laporan tersebut memperkirakan tahun ini jumlah orang kelaparan bisa mencapai 180 juta orang di 41 negara. 

Adapun, laporan Global Network Against Food Crises diterbitkan oleh jaringan krisis pangan yang didirikan oleh Uni Eropa, World Food Programme, dan bagian PBB Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper