Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menembakkan dua rudal ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv saat kunjungan Sekjen PBB Antonio Guterres. Satu rudal mengenai bangunan tempat tinggal, sehingga menyebabkan korban tewas dan luka-luka.
Ledakan itu mengguncang distrik Shevchenko di bagian tengah Kyiv. Tiga yang terluka sehingga dilarikan ke rumah sakit, kata Wali Kota Vitali Klitschko dalam sebuah unggahan diTwitter.
Laporan lainnya menyebut satu orang meninggal dunia.
Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov dan Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan ledakan itu disebabkan oleh rudal Rusia.
Ledakan itu terjadi setelah Sekjen PBB Guterres menyelesaikan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy yang fokus pada upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari pelabuhan selatan Mariupol yang dikepung Rusia.
Guterres mengatakan kepada penyiar televisi Portugis RTP ketika ditanya tentang ledakan itu: "Ada serangan di Kyiv. Serangan itu mengejutkan saya, bukan karena saya di sini tetapi karena Kyiv adalah kota suci bagi orang Ukraina dan Rusia, katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (29/4).
Baca Juga
Kepala Staf Zelenskyy, Andriy Yermak mengatakan ledakan itu adalah "bukti bahwa kami membutuhkan kemenangan cepat atas Rusia.
“Kami harus bertindak cepat, lebih banyak senjata, lebih banyak upaya kemanusiaan karena setiap hari Ukraina membayar harga tinggi untuk perlindungan. demokrasi dan kebebasan," ujarnya.
AS Sediakan Dana
Menanggapi permintaan berulang Ukraina kepada para pemimpin Barat untuk pasokan persenjataan dan peralatan yang lebih berat, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Kongres menyediakan dana sebesar US$33 miliar untuk mendukung Kyiv.
Bantuan itu merupakan lompatan besar dalam pendanaan AS yang mencakup lebih dari US$20 miliar untuk senjata dan amunisi dan bantuan militer lainnya.
Bantuan nonsenjata terdiri dari US$8,5 miliar dalam bantuan ekonomi langsung dan US$3 miliar dalam bantuan kemanusiaan dan keamanan pangan yang merupakan bagian dari upaya AS untuk mengisolasi dan menghukum Rusia atas invasi 24 Februari ke Ukraina. Invasi itu telah meratakan kota-kota dan memaksa lebih dari 5 kota juta orang mengungsi ke luar negeri.
“Kami membutuhkan RUU ini untuk mendukung Ukraina dalam perjuangannya untuk kebebasan,” kata Biden di Gedung Putih setelah menandatangani permintaan bantuan itu.