Sejarah Moskva
Moskva, atau dalam bahasa Indonesia ditulis Moskow, termasuk di antara sekelompok kapal yang dirancang Uni Soviet pada akhir 1970-an untuk melawan kelompok kapal induk AS.
Kapal itu memberikan pertahanan udara untuk kapal-kapal Soviet yang beroperasi di lautan yang jauh. Pada saat itu kapal itu dijuluki sebagai "pembawa kematian".
Melihat asal usulnya, kapal perang tersebut diluncurkan dengan nama semula Slava dari galangan kapal di Mykolaiv di Ukraina pada Juli 1979. Ukraina sendiri saat itu merupakan bagian dari Uni Soviet, bukan Rusia.
Moskva mulai ditugaskan pada akhir Desember 1982 dan dirancang untuk membawa 476 awak dengan tambahan 62 perwira.
Dengan panjang 186 meter (610 kaki), Slava adalah kapal utama armada Soviet di Laut Hitam dan dilengkapi dengan senjata dek, torpedo, dan mortir selain senjata nuklir selama Perang Dingin. Bahkan kapal itu juga memiliki dek helikopter sendiri.
Slava sempat mengalami perbaikan selama tahun 1990-an ketika Uni Soviet runtuh dan ekonomi Rusia merosot, sebelum Ukraina muncul sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Berganti nama menjadi Moskva, Presiden Vladimir Putin, yang berkuasa pada 1999, menjamu para pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Italia saat itu Silvio Berlusconi pada kunjungan 2003 ke Sardinia.
Pada tahun 2008, selama perang Rusia di Georgia yang juga pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, Moskva terlibat dalam operasi di Laut Hitam. Pemerintah Georgia menyatakan kapal itu juga ikut serta dalam serangan di negara itu.
Moskva juga termasuk dalam blokade Angkatan Laut Ukraina pada Maret 2014 sebagai bagian dari pencaplokan Krimea oleh Rusia.
Menariknya lagi, pada tahun-tahun berikutnya, kapal perang itu memberikan pertahanan udara untuk pasukan Rusia yang beroperasi di Suriah. Pelaut Rusia juga terlibat dalam perang melawan Georgia dengan melibatkan Moskva.
Akan tetapi, satu hal yang tidak kalah menariknya dengan Moskva adalah apa yang disebut dengan “insiden Pulau Ular”. Selang beberapa hari setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, kapal tersebut ikut serta dalam serangan di Zmiinyi atau Pulau Ular.
Dalam audio yang beredar luas secara online, seorang tentara Ukraina menjawab ancaman tembakan tentara Rusia yang berupaya mengusirnya dari pulau itu. Tanpa rasa takut tentara penjaga pulau itu menantang dengan mengusir Moskva sebelum akhirnya sang prajurit menemui ajalnya.
Peristiwa itu kini diabadikan oleh Pemerintah Ukraina dalam perangko terbarunya sebagai bentuk penghormatan pada kesetiaan kepada negaranya.