Bisnis.com, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan membeberkan data terkini pandemi Covid-19 di Indonesia menjelang arus mudik Lebaran 2022.
Wiku menyatakan pascalonjakan ketiga akibat Covid-19 varian Omicron, kondisi Indonesia secara nasional terus membaik. Perbaikan secara komprehensif pada sisi kasus positif, kasus aktif, kematian, pemulihan, Bed Occupancy Rate (BOR), hingga positivity rate.
Wiku menegaskan pada masa perbaikan ini, setiap individu bertanggungjawab untuk tidak memberi ruang penularan sedikitpun dengan mencegah penularan. Dan upaya ini, harus dilakukan tidak hanya oleh masyarakat, tetapi semua wisatawan asing yang berniat untuk tinggal, beraktivitas, serta berpartisipasi dalam masyarakat.
"Untuk itu, kuncinya adalah tidak memberi ruang sama sekali untuk terjadinya penularan, agar tidak ada yang tertular lagi," kata Wiku dalam International Press Briefing, Selasa (12/4/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Wiku menyebut setidaknya ada 4 tanggung jawab pencegahan penularan yang harus diterapkan setiap individu. Diantaranya, disiplin protokol kesehatan (Prokes) 3M, memeriksakan diri atau testing Covid-19 jika bergejala atau setelah beraktivitas yang berisiko tinggi seperti perjalanan jarak jauh dan aktivitas di lokasi ramai, isolasi diri jika teridentifikasi positif, dan terakhir berpartisipasi aktif dalam program vaksinasi khususnya booster.
Lebih lanjut, dia mengatakan jika dilihat dari tren kasus nasional, dapat diamati terjadinya perbaikan kondisi pansemi Covid-19 di Indonesia berdasarkan 6 indikator penanganan.
Berikut 6 indikator perbaikan pandemi Covid-19 di Indonesia:
1. Tren Kasus Positif
Wiku menyebut tren kasus positif mingguan nasional telah turun selama 7 minggu berturut-turut paska puncak gelombang ketiga. Saat ini, Pemerintah terus menekan angka kasus pada provinsi penyumbang kasus positif terbesar dalam 7 hari terakhir. Yaitu DKI Jakarta (3.895 kasus), Jawa Barat (2.318 kasus), Banten (1.256 kasus), Jawa Tengah (1.227 kasus), dan Jawa Timur (873 kasus).
2. Kasus Aktif
Kasus aktif nasional juga menurun signifikan selama 6 minggu terakhir. Persentase kasus aktif nasional sekitar 1 persen jauh di bawah rata-rata dunia sekitar 8 persen. Meski demikian, masih ada 2 provinsi dengan peningkatan kasus aktif mingguan, yakni Papua (naik 84) dan Papua Barat (naik 15).
"Kasus aktif harus dijaga agar tetap rendah, dengan menghindari penambahan orang positif seminimal mungkin, dan mencari obat untuk orang yang terinfeksi," lanjut Wiku.
3. Kasus Kematian
Tren penurunan selama 5 minggu berturut-turut terjadi pada angka kematian. Sayangnya, persentasenya masih lebih tinggi dari rata-rata dunia, meskipun jumlah kasus positif sudah di bawah rata-rata dunia. Perhatian lebih harus diberikan pada 5 provinsi penyumbang kematian terbesar dalam 7 hari terakhir, antara lain, Jawa Timur (81 kasus), Jawa Tengah (47 kasus), Jawa Barat (35 kasus), DKI Jakarta (30 kasus), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (27 kasus).
4. Tren Pemulihan
Keempat, tren pemulihan kembali meningkat. Saat ini persentasenya sekitar 7 persen lebih tinggi dari rata-rata dunia. Per 10 April 2022, 5 Provinsi dengan persentase pemulihan tertinggi berasal dari Papua Barat (98,5 persen), DKI Jakarta (98,4 persen), Banten (98,3 persen), Maluku (98,2 persen), serta Sulawesi Selatan (98,1 persen).
5. BOR Rumah Sakit
Wiku mengungkapkan tingkat BOR Nasional turun signifikan dari 40 persen saat puncak ketiga, menjadi sekitar 4 persen saat ini. Namun 5 provinsi angka BOR-nya masih di atas angka nasional. Yakni, Nusa Tenggara Timur, 8,8 persen, DI Yogyakarta, 8,29 persen, Sulawesi Tengah, 7,87 persen, Kalimantan Tengah, 7,71 persen, dan Kalimantan Utara, 7,47 persen.
6. Positivity Rate
Positivity rate atau jumlah orang terdeteksi positif dari hasil testing, menunjukkan tren penurunan signifikan. Sayangnya, penurunan ini seiring penurunan testing.
Pada Januari tahun lalu, positivity rate yang rendah terjadi pada cakupan testing yang tinggi dengan angkanya melebihi 200.000 orang per hari. Dibandingkan saat ini, jumlah orang yang diperiksa hanya di bawah 100.000
Dengan melihat melihat 6 indikator tersebut, Wiku mengatakan perbaikan di segala aspek dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya penularan.
"Saya tekankan lagi, ini bisa dilakukan dengan kesadaran yang tinggi dari setiap masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, kesadaran untuk diuji, dan kesadaran isolasi diri jika positif," ujarnya.
Di samping perbaikan tersebut, Wiku mengungkapkan perkembangan vaksinasi di Indonesia saat ini menunjukkan cakupan dosis pertama telah mencapai 94,88 persen, dosis kedua mencapai 77,62 persen, dan dosis booster sudah mencapai 13,27 persen.
"Pencapaian vaksinasi ini disumbangkan seluruh provinsi di Indonesia, dimana 12 provinsi diantaranya berhasil melampaui target dosis lengkap vaksinasi," ungkapnya.
Senada, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Siti Nadia Tarmidzi mengatakan bahwa kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
“Hal itu menunjukkan bahwa sistem ketahanan kesehatan Indonesia selama pandemi ini berjalan dengan baik,” kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (12/4/2022).
Nadia mengungkapkan angka positivity rate setiap Minggu sudah pada 4,6 persen, sedangkan angka positif harian dilaporkan 3 persen. Menurutnya, angka tersebut sudah di bawah batas yang ditetapkan WHO yaitu 5 persen.
"Secara total kasus konfirmasi nasional terjadi penurunan. Minggu lalu sekitar 3 ribuan kasus dan sekarang sekitar 2.500 kasus. Tetapi kita tetap harus waspada karena dalam beberapa hari ini terjadi peningkatan proporsi kasus baru di Jawa-Bali," ujarnya.
Dia mengatakan ada 5 provinsi yang diwaspadai mengingat adanya peningkatan kasus positif hasil dari pemeriksaan PCR. 5 provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali.
Nadia menilai peningkatan kasus positif ini akan meningkatkan risiko laju penularan yang lebih tinggi. Namun demikian, peningkatan kasus positif ini tidak setinggi seperti sebelumnya.
Seperti di DKI Jakarta berada di angka 0,1 persen, Jawa Tengah pun di bawah 0,1 persen, begitupun dengan Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali yang berada dibawah 0,1 persen.