Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Hasil Sidang Isbat 1 Ramadan 2022: Ini Penjelasan Pakar Soal Hilal 3 Derajat 

Pakar Astronomi Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan soal penetapan hilal 3 derajat untuk penetapan hasil Sidang Isbat 1 Ramadan 2022.
Feni Freycinetia Fitriani
Feni Freycinetia Fitriani - Bisnis.com 01 April 2022  |  19:03 WIB
Hasil Sidang Isbat 1 Ramadan 2022: Ini Penjelasan Pakar Soal Hilal 3 Derajat 
Tim rukyatul hilal PC NU melakukan pemantauan "rukyatul hilal" di Balai Rukyat Bukit Condrodipo, Gresik, Jawa Timur, Kamis (14/6). Berdasarkan sidang isbat yang digelar di Kantor Kementerian Agama, Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1439 Hijriah jatuh pada Jumat, 15 Juni 2018. - ANTARA/Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA - Kriteria Imkanur Rukyah hilal awal bulan disepakati menjadi 3 derajat untuk tingginya dan 6,4 derajat untuk elongasinya jelang pengumuman Sidang Isbat 1 Ramadan 2022.

Hal ini bukan sekadar angka tawar-menawar, melainkan ada pertimbangan ilmiah dalam pemaparan saat Seminar Posisi Hilal Penentu Awal Ramadhan 1443 Hijriah di Kementerian Agama, Jumat (1/4/2022).

Pakar Astronomi Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa ketinggian hilal 3 derajat disepakati karena kekuatan cahaya bulan di bawah 3 derajat kalah dengan cahaya mega (syafaq). Kuatnya cahaya mega membuat hilal yang masih di bawah 3 derajat itu sulit untuk dapat teramati.

"Tidak ada data rukyat yang sahih di bawah 3 derajat. Itu cahaya syafaq masih cukup kuat. Didasarkan pada faktor gangguan cahaya syafaq. Hilal terlalu rendah dan tidak mungkin bisa mengalahkan cahaya syafaq sehingga tidak mungkin," katanya dilansir dari nu.or.id, Jumat (1/4/2022).

Sementara itu, dia mengatakan angka 6,4 derajat elongasi, jarak antara bulan dan matahari, dipilih karena mempertimbangkan kelihatan fisik hilal.
Hal ini disebabkan jarak yang terlalu dekat membuat hilal sulit terlihat sebagaimana kriteria yang dulu ditetapkan hanya berjarak 3 derajat untuk elongasinya.

Thomas mencontohkan suatu pengamatan hilal di Madinah dengan tinggi 4 derajat dan elongasi 6 derajat. Pada gambar yang ditampilkan saat pemaparan, ada tanda panah yang menunjuk pada posisi hilal.

Namun, hal tersebut sangat sulit dilihat sehingga harus benar-benar jeli untuk dapat memastikan, bahwa coretan pada foto tersebut merupakan hilal awal bulan.

Oleh karena itu, Thomas menegaskan bahwa jika pada rukyatul hilal awal Ramadhan 1443 H ini ada yang mengaku melihat hilal itu kesaksiannya bisa tertolak. Sebab, jika mendasari keputusan itsbat pada kriteria imkanur rukyah yang baru, maka kondisi hilal masih di bawahnya sehingga tidak memungkinkan dapat terlihat.

"Kalau berdasarkan kriteria ini, itu bisa diduga yang dilihatnya bukan hilal," kata Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama RI itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

hilal Ramadan sidang isbat
Editor : Feni Freycinetia Fitriani

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top