Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia Vs Ukraina: Air Mata, Ketakutan dan Amarah di Kyiv Setelah Serangan Rusia

Serangan rudal Rusia ke Kyiv pada Senin (14/3/2022) menyisakan amarah, kesedihan dan ketakutan penduduk setempat.
Pemandangan menunjukkan konvoi pasukan pro-Rusia saat konflik Ukraina-Rusia di luar kota Volnovakha yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu (12/3/2022)./Antara-Reuters
Pemandangan menunjukkan konvoi pasukan pro-Rusia saat konflik Ukraina-Rusia di luar kota Volnovakha yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu (12/3/2022)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Lidiya Tikhovska mengintip melewati kawah yang ditinggalkan rudal Rusia setelah menghantam Kyiv dan membayangkan sisa-sisa tubuh putranya yang hangus dan hancur di antara puing-puing yang berserakan.

Wanita berusia 83 tahun itu berdiri diam di bawah sinar matahari sore dan memusatkan pandangannya pada mobil-mobil yang bengkok dan bus troli hijau yang tersebar di jalan kota yang luas.

Putranya yang berusia 58 tahun baru saja pergi ke toko lokal untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok. Dan, beberapa saat kemudian rudal Rusia meledak. Tepatnya, pada hari kedua Ibu Kota Ukraina jatuh dan semakin terkepung.

"Dia terbaring di dekat mobil, tetapi mereka tidak mengizinkan saya lewat," bisik Tikhovska dikutip dari channelnewsasia.com, Selasa (15/3/2022).

Polisi dan paramedis menginjakkan kaki di atas tumpukan pecahan kaca dan mengukur kedalaman kawah yang ditinggalkan rudal Rusia di dekat gedung apartemen Tikhovska yang rusak.

Lubang hitam di tanah tampak cukup besar untuk menelan satu mobil. Tetapi, Tikhovska hanya melihat ke tempat seorang pekerja ambulans mengatakan bahwa jenazah putranya, Vitaliy, tergeletak di balik garis polisi.

"Mereka mengatakan bahwa luka bakarnya terlalu parah, sehingga saya tidak akan mengenalinya, tetapi saya masih ingin melihatnya," kata ibu tua itu.

"Sekarang aku akan sendirian di flatku. Untuk apa aku membutuhkan flat ini?" dia bertanya.

Air mata mengalir di pipi pucatnya saat dia berpegangan lebih erat pada siku cucunya untuk dapat berdiri.

"Saya berharap Rusia mengalami kesedihan yang sama seperti yang saya rasakan sekarang," katanya dan dengan perlahan menggelengkan kepalanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Panik
Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper