Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah jajak pendapat yang digelar baru-baru ini di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa 74 persen responden mendukung aturan zona larangan terbang (no-fly zone) diberlakukan NATO di atas wilayah Ukraina di tengah perang Rusia vs Ukraina.
Pemerintah Ukraina juga telah mendesak aliansi keamanan yang dipimpin Amerika Serikat untuk menegakkan zona larangan terbang di atas negara itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan NATO perlu untuk melindungi warga sipil Ukraina di bawah serangan Rusia.
Namun ketika perang berkecamuk dan mendorong lebih dari 1,7 juta orang meninggalkan negara itu sejauh ini, pemerintahan Joe Biden telah mengesampingkan langkah tersebut.
Biden bahkan memperingatkan bahwa kebijakan no-fly zone dapat memicu konflik negara NATO secara langsung dengan Rusia, yang memiliki kekuatan bersenjata nuklir.
Simak penjelasan lengkap tentang pro-kontra kebijakan no-fly zone atau zona larangan terbang di Ukraina seperti dikutip dari Al-Jazeera, Selasa (8/3/2022).
Apa Itu No-Fly Zone?
Peter Harris, seorang profesor ilmu politik di Colorado State University, menjelaskan bahwa zona larangan terbang atau no-fly zone adalah ruang geografis yang ditentukan di mana jenis penerbangan tertentu dilarang.
“Dalam hal ini, apa yang sebenarnya dibicarakan orang adalah ruang yang ditentukan di dalam Ukraina, mungkin seluruh Ukraina, yang melarang penggunaan pesawat militer, khususnya pesawat militer Rusia di wilayah udara itu,” kata Harris kepada Al-Jazeera seperti dilansir Selasa (8/3/2022).
Harris mengatakan aturan no-fly zone akan membutuhkan penghancuran pertahanan udara Rusia yang dapat mencapai jet NATO di Ukraina dan mengancam akan menembak jatuh pesawat Rusia di negara itu.
“Ini akan menjadi eskalasi yang cukup dramatis oleh NATO,” imbuhnya.