Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sambut Ramadan, Polri Tinjau Harga Bahan Pokok yang Naik

Kepala Satgas Pangan Polri mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan Ramadan belum ditemukan keterlibatan kartel.
Menjelang Ramadan, harga bahan pokok di pasar tradisional mulai naik./Bisnis.com-Fariz Fadhillah
Menjelang Ramadan, harga bahan pokok di pasar tradisional mulai naik./Bisnis.com-Fariz Fadhillah

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga bahan pokok atau sembako menjelang Ramadan menjadi sorotan. Adapun sembako yang naik yakni minyak goreng, kedelai, serta daging memicu keluhan dari masyarakat.

Satuan Tugas Pangan Polisi RI (Satgas Pangan Polri) mengungkapkan bahwa belum ditemukannya aksi kartel pada kenaikan harga bahan pokok. Sebelumnya, muncul dugaan-dugaan kartel karena ditemukan adanya penimbunan minyak.

Satgas Pangan Polri terus mendalami pemicu kenaikan harga sejumlah bahan pokok mengingat saat ini menjelang bulan Ramadan.  Tidak bisa dipungkiri bahwa melonjaknya harga ditengarai karena berbagai kondisi dan menyesuaikan harga dunia.

Berdasarkan hasil penelusuran, Polri mengatakan kenaikan harga dipicu meningkatnya permintaan terhadap bahan pokok. "Sejauh ini belum ditemukan adanya kartel," jelas Kepala Satgas Pangan Polri Irjen Pol. Helmy Santika, Jumat (4/3/2022).

Meskipun belum ada indikasi penimbunan bahan pangan, namun Polri mengimbau masyarakat agar melapor jika mendapati informasi dugaan kartel pangan.

"Bila masyarakat memiliki informasi praktik-praktik kartel, permainan harga, maupun penimbunan, baik yang dilakukan oleh pelaku usaha, distributor, maupun oknum tertentu, segera informasikan kepada Satgas Pangan Polri," lanjut Helmy.

Menghimpun data dari Bisnis, harga beras dan gandum pun melambung. Harga beras mencapai level tertinggi sejak Mei 2022 menjadi US$16,89 per 100 pounds atau melonjak 4,2 persen.

Sementara itu, dalam kontrak berjangka gandum Chicago menunjukkan harga gandum menembus U$11 per bushel. Harga ini tercatat paling tinggi selama 14 tahun terakhir. Kenaikan tersebut diakibatkan pengiriman gandum dari Ukraina terhenti karena perang Rusia-Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper