Bisnis.com, JAKARTA – Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi.
PVMBG menyebut erupsi efusif dengan sifat pertumbuhan kubah lava dan pembentukan guguran lava dan awan panas Merapi masih terjadi.
Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, meminta masyarakat untuk tetap waspada, tidak beraktivitas di daerah dengan potensi bahaya, dan mewaspadai bahaya lahar, terutama saat hujan di sekitar Merapi.
“Status aktivitas Merapi berada pada tingkat Siaga [level III] sejak 5 November 2020. Mulai 4 Januari 2021, terjadi erupsi yang bersifat efusif berupa pertumbuhan kubah lava yang diikuti dengan pembentukan guguran lava/Rock falls dan awan panas guguran,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (27/1/2022).
Saat ini, terdapat dua pusat erupsi, yaitu di kubah lava tengah kawah dan di tebing puncak sektor barat daya (kubah lava barat daya). Kedua kubah lava terus tumbuh dengan laju rata-rata masing-masing sebesar 5.000 meter kubik per hari, dan 10.000 meter kubik per hari.
“Pada 20 Januari 2022 volume kubah tengah kawah terhitung sebesar 3 juta meter kubik, dan kubah lava barat daya sebesar 1,67 juta meter kubik. Hasil analisis data drone dan kamera DSLR menunjukkan bahwa kondisi kedua kubah lava dan tebing-tebing puncak sekitarnya masih stabil,” ujar Eko.
Baca Juga
Aktivitas rock falls (RF) dan awan panas guguran (APG), sambung Eko, dominan bersumber dari kubah lava barat daya, terutama ke arah Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 3 km.
Aktivitas RF dan APG yang intensif dari kubah tengah kawah terjadi di akhir Juni 2021 ke arah Sungai Gendol (tenggara) dengan jarak luncur maksimal 3 km.
Intensitas data pemantauan seismik internal (VT dan MP) dan deformasi dalam fase erupsi tersebut cukup signifikan, namun tidak meningkat secara menerus. Ekstrusi magma diperkirakan masih akan berlangsung dengan tipe erupsi cenderung bersifat efusif.
Perubahan topografi lereng akibat aktivitas erupsi pun berpengaruh kepada potensi bahaya guguran dan awan panas berikutnya. Untuk itu, perlu dilakukan pemutakhiran penilaian bahaya guguran dan awan panas menggunakan data topografi terbaru.
Karena masih tingginya aktivitas erupsi saat ini, Badan Geologi menetapkan status aktivitas Merapi masih pada tingkat Siaga (level III), dengan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat Daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. sementara itu, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Badan Geologi juga merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas di daerah potensi bahaya tersebut di atas, dan mewaspadai bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, terutama saat terjadi hujan.
Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi resmi dapat mengakses website MAGMA Indonesia, merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, Pos Pengamatan Merapi terdekat, dan kantor BPPTKG di Jalan Cendana no. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514180 -514192.
Badan Geologi juga meminta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten dapat menindaklanjuti perubahan potensi ancaman erupsi Merapi yang terjadi saat ini dalam upaya mitigasi bencana, termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana Merapi.