Bisnis.com, JAKARTA - Pancasila bisa menjadi common platform karena racikannya sangat pas dengan kondisi bangsa.
Hal itu terungkap dalam diskusi pada platform My Space Twitter yang dimoderatori oleh Rektor Unviersitas Paramadina, Didik J. Rachbini, Jumat (14/1/2022) malam.
Diskusi yang bertajuk Cak Nur, Pancasia dan Indonesia yang Adil tersebut merupakan rangkaian dies natalis perguruan tinggi tersebut yang ke-24.
Phil Suratno, Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina yang menjadi salah satu pembicara mengatakan, bahwa Cak Nur atau Nurcholis Madjid, pendiri Universitas Paramadina memiliki pandangan bahwa Pancasila sebagai Kalimatussawa atau payung bersama semua agama untuk mengisi Indonesia adil makmur.
“Pancasila sebagai common platform secara konseptual adalah modal optimis bangsa karena alat pemersatu. Pancasila bisa menjadi common platform karena racikannya sangat pas dengan kondisi bangsa. Indonesia belum semaju Jepang, AS dan lainnya bukan karena problem Pancasila tapi lebih pada problem moral. Baik oleh penyelenggara negara atau moral masyarakat kita,” ujarnya.
Menurutnya, agar bisa maju, maka sebuah bangsa, termasuk Indoensia perlu memiliki karakter yang maju. Pembentukan karakter bangsa tidak akan efektif jika tidak ada keteladanan. Karena itu, generasi muda sejak usia dini justru memerlukan keteladanan dari orangtua, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar rumah sebagai teladan dari masyarakat.
Baca Juga
Di tingkat elite, tuturnya, dibutuhkan keteladanan dari penyelenggara negara. Orang Indonesia, jika di luarnegeri dapat berperilaku disiplin karena ada keteladanan dari masyarakat di sekitarnya. Sementara, di dalam negeri amat susah karena minim keteladanan.
Adapun pembicara lainnya, Jusuf Kalla, Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina mengatakan bahwa dalam Pancasila ada dua kata adil dan beradab. Sila kelima keadilan sosial, katanya, mempunyai nuansa bahwa adil dan maju adalah satu bagian dari upaya bangsa ini.
“Keadilan sosial membutuhkan manajemen yang baik dalam implementasinya agar tidak terjadi konflik dan masalah-masalah sosial lainnya,” ujar mantan Wakil Presiden itu.
Dia melanjutkan, 75 tahun usia Kemerdekaan Indonesia telah dilewati dengan 15 konflik besar. Sebelas di antaranya berpangkal pada masalah ketidakadilan sosial, ekonomi, politik. Konflik Aceh terjadi bukan karena bagaimana syariat Islam karena hal itu telah lama dilaksanakan, tetapi oleh adanya rasa ketidakadilan ekonomi. Aceh kaya sumber daya alam tapi masyarakatnya tidak merasakan kemakmuran dengan baik dan merata.