Bisnis.com, JAKARTA--Varian Omicron yang sangat menular menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada jenis Delta, tetapi tetap menjadi "virus Covid berbahaya", terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berbicara pada jumpa pers, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan lebih dari 90 negara belum memenuhi target vaksinasi 40 persen dari populasi mereka. Sedangkan lebih dari 85 persen orang di Afrika belum menerima dosis tunggal.
"Kita tidak boleh membiarkan virus bebas atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia tetap tidak divaksinasi," katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (13/10/2022).
Dalam laporan epidemiologi mingguannya pada hari Selasa, WHO mengatakan kasus Covid-19 meningkat sebesar 55 persen, atau 15 juta dalam seminggu hingga 9 Januari. Jumlah itu sejauh ini termasuk kasus terbanyak yang dilaporkan dalam satu minggu.
"Lonjakan besar dalam infeksi ini didorong oleh varian Omicron, yang dengan cepat menggantikan Delta di hampir semua negara," kata Tedros.
Dia mengatakan mayoritas orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia dengan Covid-19 tidak divaksinasi. Jika penularan tidak dibatasi maka akan ada risiko lebih besar dari varian lain yang muncul yang bahkan bisa lebih menular dan lebih mematikan daripada Omicron, katanya.
Baca Juga
Sementara itu, penyebaran Covid-19 di kawasan Amerika yang didorong oleh varian virus Omicron telah mencapai tingkat penularan yang belum pernah terlihat selama pandemi, dengan kasus berlipat ganda menjadi 6,1 juta selama seminggu terakhir, menurut Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO).
Omicron telah menjangkau hampir setiap negara di Amerika dan dengan cepat menjadi varian dominan di kawasan itu, kata badan kesehatan itu.
Amerika Serikat melaporkan sebagian besar kasus baru, dengan negara bagian di Timur dan Barat Tengah mengalami lonjakan cepat, katanya.
Bolivia, Ekuador, Peru, dan Brasil juga mengalami lonjakan signifikan dalam kasus baru, sementara di Argentina dan Paraguay, infeksi Covid-19 telah meningkat hampir 300 persen selama seminggu terakhir, menurut PAHO.