Beberapa hari lagi kita akan membuka lembaran tahun yang baru. Harus diakui di pengujung 2021 ini kita membaca banyak berita dan capaian positif tentang Indonesia. Dari program vaksin, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2021 yang bisa tumbuh di atas 5%, menurut proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Konsumsi masyarakat yang terus membaik, surplus neraca perdagangan pada November 2021 sebesar US$3,51 miliar, hingga Indonesia yang memegang Presidensi G20.
Sejak awal tujuan pemerintah menggencarkan vaksinasi adalah untuk membentuk kekebalan komunal. Ketika penyebaran Covid-19 menanjak, konsekuensinya sangat berdampak pada tertahannya laju pemulihan ekonomi nasional.
Namun, langkah jitu pemerintah harus diapreasiasi dengan kebijakan PPKM Darurat level 3-4 yang mampu menangani penyebaran varian Delta yang berujung pada akselerasi pemulihan ekonomi saat ini.
Semua prestasi telah masuk dalam monitor dan radar global. Dunia memberi apresiasi tinggi kepada Indonesia. Bahkan, kata Presiden Joko Widodo, mereka ingin belajar dari suksesnya Indonesia dalam menangani pandemi.
Presiden Jokowi dengan sigap menjawab: “kunci sukses ini adalah karena semangat gotong royong bangsa kita sendiri!”
Sejak awal 2021, tantangan demi tantangan juga dirasakan oleh dunia humas dan komunikasi. Pertumbuhan industri kehumasan itu sangat berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika ekonomi nasional tumbuh 5% bisa diantisipasi, industri kehumasan dan komunikasi akan tumbuh kurang lebih sama.
Selama tahap awal lockdown tahun lalu, praktisi humas kerap harus berpikir kreatif agar eksistensi kegiatan dan aktivitas organisasi dari brand mereka bisa sampai ke editorial tim media.
Humas terus menawarkan cerita kinerja positif dan aktivitas promosi yang sekarang lebih dipersonalisasi. Esensinya humas ingin memastikan pemangku kepentingan internal dan eksternal terus memahami tentang brand dan organisasi mereka.
Kepercayaan publik terhadap program vaksin sewaktu awal tahun pun juga tidak positif. Hasil survei online yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi Covid-19 mengatakan, masih ada 20% warga yang tidak mau divaksinasi. Keengganan masyarakat untuk menerima vaksin Covid-19 didorong beragam alasan.
Bahkan ada masyarakat yang mengambil risiko menunda vaksinasi karena melihat vaksin merek tertentu memiliki khasiat lebih baik dari yang ada sebelumnya. Dalam periode Januari 2020—Juli 2021, komunitas anti-hoax Mafindo mencatat ada 1.060 hoax terkait dengan Covid-19. Beberapa di antaranya disebarkan dokter umum, dokter spesialis, dokter hewan, dan apoteker.
Narasi-narasi pesimisme, hoax, dan ketidakpercayaan di masyarakat telah berdampak pada totalitas dan efektivitas program pemerintah, dan juga program kehumasan dari berbagai lintas sektor. Kedua hal ini tentu berdampak dan menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi humas pemerintah.
Dengan semua tantangan pada tahun 2021 ini, opini saya dunia humas telah mencetak prestasi tersendiri! Dengan semua keterbatasan yang dihadapi, humas tetap mampu memastikan relevansi peran-fungsi strategis pada organisasinya.
Dalam hemat saya, praktisi humas lintas sektoral, baik swasta, akademisi, konsultan hingga humas pemerintah sekalipun telah belajar lebih kreatif, adaptif, dan memiliki semangat keuletan yang tangguh.
Bagaimana dengan 2022? Yang pasti, pandemi belum sepenuhnya berakhir. Namun sebagai praktisi humas, kita harus persisten dan senantiasa mengomunikasikan semua narasi dan prestasi tentang organisasi dan capaian bangsa kita. Semua ini adalah mandatori humas. Apapun medianya, pesan humas harus selaras dengan tujuan organisasi dan bangsa. Pastinya, disampaikan secara kreatif serta autentik.
Pada 2022 humas harus lebih cepat lagi beradaptasi dan bermigrasi ke platform digital dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tema besar seperti kolaborasi dan konsolidasi akan menjadi salah satu tren 2022 dan akan diadopsi oleh berbagai organisasi dan dunia bisnis.
Hal ini didorong beberapa hal seperti limitasi sumber daya manusia. Artinya, persaingan untuk mendapatkan the best talents yang multi-tasking akan semakin besar. Alhasil, humas juga dituntut untuk keep-up dan agile agar mampu meningkatkan kompetensi mereka.
Dan, ekspektasi bisnis saat ini menginginkan speed dan solusi kreatif, sehingga mau tidak mau humas harus berkolaborasi dengan semua divisi agar bisa memberikan the best solutions. Salah satu keuntungan terbesar divisi humas, menurut saya, adalah satu-satunya divisi atau disiplin komunikasi dan pemasaran yang bisa menyentuh semua level dalam organisasi. Intinya, humas tidak bisa berdiri sendiri saat ini.
Di titik inilah semua praktisi humas harus memiliki semangat, ulet, dan optimisme menyambut 2022. Tidak patah semangat. Persisten dan secara berkelanjutan menyebarkan narasi optimisme dan nasionalisme tentang Indonesia kita.
Apapun tantangan di tahun mendatang, humas harus tetap ambil bagian untuk membantu narasi Indonesia agar bisa tumbuh. Selamat tahun baru 2022.