Bisnis.com, JAKARTA -- Pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadi salah satu agenda Muktamar NU di Lampung. Sejauh ini ada dua kandiat yang akan bertarung untuk memperebutkan kursi Ketum PBNU.
Keduanya adalah incumbent KH Said Aqil Siradj dan penantangnya dari Rembang, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Said Aqil adalah Ketua Umum PBNU saat ini, jika dia terpilih kembali maka dia akan menjabat sebagi pemimpin ormas Islam terbesar itu selama tiga periode. Sementara Gus Yahya, adalah sauda kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Gus Yahya dikenal sebagai salah satu tokoh intelektual di NU.
Baik Said Aqil dan Gus Yahya keduanya mengaku siap untuk menjalankan amanah seandainya terpilih sebagai Ketum PBNU. Said Aqil misalnya, masih memiliki impian untuk menjadikan NU sebagai organisasi yang memegang peranan di semua bidang.
Adapun Gus Yahya mengusung semangat untuk mengembalikan NU sesuai dengan khitahnya. Dia ingin mengusung nilai-nilai KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Menurutnya, NU telah kehilangan konteks dan momentum Muktamar NU ini dia ingin NU tak kehilangan konteks dengan persoalan saat ini.
Lalu siapa bakal memenangkan kontestasi Ketum PBNU?
Baca Juga
Klaim Dukungan Gus Yahya
Ratusan PWNU dan PCNU itu menyampaikan ikrar dukungan kepada KH Yahya Cholil Staquf yang langsung dituangkan ke dalam tiga kesepakatan. Pertama, mendukung penyelenggaraan Muktamar NU ke 34 agar dapat berjalan secara damai sejuk dan bermartabat.
Kedua, mendukung penyelenggaraan protokol kesehatan. Ketiga, mendukung penuh KH Yahya Cholil Staquf menjadi Ketua Umum PBNU yang baru periode 2021-2026.
"Kita merindukan kejayaan Gus Dur. Tapi Gus Dur sudah tiada dan juga tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya. Maka saya ingin mengajak untuk menjadi satu barisan untuk berupaya bersama-sama menghidupkan Gus Dur," tutur KH Yahya di Lampung, Rabu (22/12/2021).
Pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut juga mengajak para pendukungnya agar menggunakan Muktamar NU ke-34 sebagai ajang membangun kesepakatan bahwa mulai sekarang akan bekerja bersama dalam satu barisan satu langkah, satu tujuan yaitu masa depan yang lebih baik bagi NU, Indonesia, Islam, dan bagi peradaban dunia.
Selain dari pengurus struktural, Gus Yahya juga mendapatkan dukungan dari para kyai sepuh. Dalam tradisi kaum Nahdliyin, kyai sepuh memiliki peran cukup penting dalam mengambil keputusan baik terkait agama, sosial, maupun politik.
"Terima kasih atas dukungan PWNU dan PCNU seluruh Indonesia," katanya.
Said Aqil Punya Mimpi Besar
KH Said Aqil Siradj mengaku masih mempunyai mimpi yang besar untuk memajukan Nahdlatul Ulama (NU). Makanya, dia mengatakan masih siap mengemban tugas sebagai Ketua Umum PBNU untuk ketiga kalinya.
“Mimpi saya masih banyak. Cita-cita saya, mimpi saya, tiap cabang NU punya Pendidikan Tinggi dan Rumah Sakit. Itu kepercayaan umat,” ujar Kiai Said dalam diskusi bertajuk “Gagasan Kiai Said Menuju Muktamar NU” di TVNU, dikutip Rabu (22/12/2021).
Dia mengatakan, masih banyak cita-cita yang ingin direngkuh demi umat. Cita-cita ini merupakan impian dirinya untuk melihat kemajuan NU di segala level. Profesor Tasawuf dari Ummul Qura, Madinah, itu menganggap tugasnya belum selesai memajukan Pendidikan di tubuh NU.
Said Aqil menuturkan, pendidikan dan reorganisasi pengembangan NU jadi salah satu tumpuan gagasan yang dibawanya dalam Muktamar ke 34 NU di Lampung pada 22-23 Desember 2021.
Jika terpilih, ini kali ketiga bagi Pengasuh Pesantren Tsaqofah Ciganjur ini di NU. Kali pertama adalah Muktamar ke-32 di Makassar tahun 2010-2015 dan 2015-2020 di forum Muktamar Jombang ke-34.
Beliau pun menjanjikan, dalam 5 tahun ke depan NU sebagai organisasi akan kian matang.
“5 tahun ke depan, digitalisasi kian masif, penguatan database lewat KartaNU (anggota NU) dan terbuka arus globalisasi. Meski begitu, tidak liberal. Pesantren tetap jadi landasan, kitab kuning jadi tumpuan, Bahtsul Masal akan berjalan lebih maju,” tuturnya.
Bahtsul Masail adalah forum musyawarah ulama untuk membahas isu dan hukum segala persoalan yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, NU tidak akan meninggalkan tradisi karena kekuatan NU mengabdi di masyarakat.
“NU itu sudah seperti 50 persen jumlah populasi Indonesia. Selama 10 tahun, baru kali ini keuangan NU bisa diaudit dan dapat WTP hingga dua kali,” katanya.