Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyoroti kinerja investasi dalam bentuk saham milik PT Taspen (Persero) sampai dengan tanggal 31 Desember 2019.
Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (LHPDTT) terhadap PT Taspen (Persero) tahun buku 2018 - 2019 yang dipublikasikan Desember 2021, lembaga auditor negara itu menemukan dua temuan yang cukup menonjol.
Pertama, terdapat tujuh saham yang belum mengalami peningkatan nilai selama tiga tahun atau dari tahun buku 2017-2018.
Ketujuh investasi yang nilainya belum beranjak antara lain investasi saham di PT GMF Aero Asia Tbk (GMFI), PT PP Presisi Tbk (PPRE), Waskita Karya (WSKT), Harum Energy (HRUM), Unilever Indonesia (UNVR), Bumi Serpong Damai (BSDE), dan PT Eagle High Plantation (BWPT).
Kedua, BPK juga menemukan 10 investasi saham Taspen yang nilai per lembar sahamnya turun lebih dari 30 persen dibanding nilai per 31 Desember 2019
Dalam catatan BPK 10 investasi saham Taspen yang mengalami penurunan lebih dari 30 persen antara lain investasi di PT GMFI yang turun sebanyak 57,21 persen, Garuda Indonesia atau GIAA turun 34,26 persen, PT Timah Tbk (TINS) turun 40,84 persen.
Selanjutnya, PT Pembangunan Perumahan Persero (PTPP) yang turun 30,77 persen, Harum Energy (HRUM) turun 82,92 persen, Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) 32,24 persen, Bumi Serpong Damai (BSDE) 30,8 persen, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) 37,9 persen, dan PT Eagle High Plantation (BWPT) 71,30 persen.
Satu perusahaan lain yang tercantum dalam daftar tersebut adalah PT Unilever Indonesia atau UNVR. Hanya saja setelah dicek datanya penurunannya hanya 18,35 persen.
Adapun BPK telah meminta pihak Taspen untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan terkait aset investasi.