Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Biden dan Putin Bertemu Secara Virtual, 2 Jam Bahas NATO dan Ukraina

Putin juga mengatakan kepada rekannya di AS bahwa dia menginginkan jaminan bahwa sistem serangan ofensif tidak akan dikerahkan di negara-negara yang dekat dengan Rusia.
John Andhi Oktaveri
John Andhi Oktaveri - Bisnis.com 08 Desember 2021  |  13:34 WIB
Biden dan Putin Bertemu Secara Virtual, 2 Jam Bahas NATO dan Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan mahasiswa melalui panggilan konferensi video di kediaman negara di Zavidovo, Rusia 25 Januari 2021. - Antara/Reuters\\r\\n

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia, Vladimir Putin meminta Presiden AS Joe Biden untuk memberikan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum dan memastikan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan diperluas.

Pernyataan itu dikeluarkan Putin setelah pembicaraan virtual antara kedua pemimpin berlangsung, Selasa (7/12) kemarin.

Dalam pembicaraan selama dua jam dengan Biden melalui panggilan video, Putin mengatakan NATO telah memperkuat potensi militernya di dekat perbatasan Rusia dan melakukan upaya berbahaya untuk menaklukkan wilayah Ukraina.

“Oleh karena itu, Rusia sangat tertarik untuk mendapatkan jaminan yang andal dan tetap secara hukum yang mengesampingkan ekspansi NATO ke arah timur dan penyebaran sistem senjata serang ofensif di negara-negara yang berdekatan dengan Rusia,” menurut pihak Kremlin dalam sebuah pernyataan seperti dikutip ArabNews.com, Rabu (8/12/2021).

Otoritas Rusia mengatakan bahwa hubungan NATO yang berkembang dengan Ukraina dan kemungkinan aliansi tersebut mengerahkan rudal yang ditargetkan terhadap Rusia adalah "garis merah" yang tidak akan diizinkan untuk dilintasi.

Putin juga mengatakan kepada rekannya di AS bahwa dia menginginkan jaminan bahwa sistem serangan ofensif tidak akan dikerahkan di negara-negara yang dekat dengan Rusia.

Pembicaraan diadakan karena Barat menyuarakan keprihatinan bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina dan memperingatkan sanksi ekonomi dan lainnya yang keras sebagai hukuman jika Moskow memulai konflik militer.

Kremlin, yang mengatakan sebelum pertemuan bahwa mereka tidak berharap akan adanya terobosan, telah membantah menyembunyikan niat untuk menyerang Ukraina dan mengatakan bahwa postur pasukannya adalah defensif.

Sementara itu, Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Joe Biden mengatakan kepada Putin pada pertemuan itu bahwa sanksi ekonomi akan memberikan pukulan yang lebih besar daripada sanksi yang dikeluarkan pada tahun 2014 yang gagal untuk menghentikan Rusia menduduki Krimea.

"Saya akan menatap mata Anda dan memberi tahu Anda, sebagaimana Presiden Biden menatap mata Putin dan mengatakan kepadanya hari ini, bahwa hal-hal yang tidak kami lakukan pada 2014 kami siap lakukan sekarang," kata penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan kepada wartawan sebagaimana dikutip CNN.com usai pembicaraan Biden dengan Putin.

Selama beberapa bulan terakhir, Rusia telah mendirikan jalur pasokan, termasuk unit medis dan bahan bakar yang dapat mempertahankan konflik berlarut-larut jika Moskow memilih untuk menyerang Ukraina, menurut dua sumber yang mengetahui penilaian intelijen terbaru.

Temuan intelijen AS baru-baru ini memperkirakan Rusia dapat memulai serangan militer di Ukraina dalam hitungan bulan karena telah mengumpulkan hingga 175.000 tentara di sepanjang perbatasan. Namun demikian Sullivan mengatakan pemerintah masih yakin Putin belum membuat keputusan apakah akan melancarkan serangan militer terhadap Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

nato amerika serikat rusia vladimir putin ukraina Joe Biden
Editor : Fitri Sartina Dewi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top