Simbol Kegiatan Politik
Terlepas dari persoalan jadwal pemilu, pengamat komunikasi dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing berpendapat lain.
Dia mengatakan, bahwa dalam ilmu komunikasi selalu ada timing dan simbol yang dimainkan, terutama dalam kegiatan politik seperti pemilu.
Emrus mengakui soal timing pemilu memang tidak sederhana, karena bisa saja ada permainan kepentingan di balik tanggal tersebut. Politik timing merupakan kalkulasi pada tanggal dan bulan apa yang menguntungkan.
Kalau demikian, Emrus sependapat dengan asumsi Rifqinizamy bahwa bulan Ramadan akan menjadi saat yang tepat untuk menggunakan isu agama dalam kampanye politik. Dengan demikian, ada partai maupun sosok yang diuntungkan.
Terkait simbol, Emrus menambahkan ada simbol tangga 21 Ferbuari atau disingkat “212” yang merujuk pada sebuah aksi keagamaan beberapa tahun lalu di Kawasan Monas, Jakarta.
“Orang kita tidak terbiasa dengan kontestasi politik melalui gagasan atau ide, tapi bertarung dengan memanfaatkan isu agama, etnis, dan bahkan gender selain timing,” ujar Emrus.
Padahal, di negara demokrasi, pertarungan politik bukan pada simbol-simbol. Bukan pula pada penetapan jadwal pelaksanaan pemilu.
Karena itulah cukup relevan pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah kalangan, bahwa ada apa di balik belum ditetapkan jadwal Pemilu 2024 hingga kini. Padahal, pemilu langsung telah dilaksanakan sebanyak empat kali sejak 2004 dan tidak ada perdebatan soal tanggal pelaksanaan pemilu setelah KPU mengusulkan.