Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat disebut memiliki beberapa pilihan yang tepat untuk merespons jika China merebut salah satu pulau terluar Taiwan. Langkah-langkah akan dilakukan tanpa mengambil risiko eskalasi besar dan perang antara kedua negara adidaya.
Demikian menurut kesimpulan dari latihan perang baru-baru ini yang dilakukan oleh kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat.
Skenario yang diuraikan dalam laporan Center for a New American Security itu dimulai dengan China menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Dongsha, sebuah atol kecil di Laut China Selatan antara Taiwan dan Hong Kong. Lokasi itu merupakan tempat 500 tentara Taiwan berada.
Serangan terbatas itu bisa menjadi awal dari perebutan pulau-pulau lain di dekat Taiwan atau invasi langsung ke pulau yang diperintah secara demokratis ketika Beijing berusaha untuk menguji tekad Washington untuk membela Taiwan.
Akan tetapi begitu China berhasil menguasai Dongsha dan menyingkirkan pasukan Taiwan, AS tidak memiliki cara yang kredibel untuk memaksa China mengembalikan pulau itu ke kendali Taipei, menurut laporan itu seperti dikutip CNN.com, Rabu (27/10).
Sanksi ekonomi disebut terlalu lama untuk menghasilkan efek dan terlalu lemah untuk mempengaruhi pengambilan keputusan China, sementara tindakan militer apa pun berisiko meningkatkan perang, yang ingin dihindari oleh AS dan Taiwan.
Sebagai gantinya, laporan itu menekankan perlunya pendekatan multilateral dan menyarankan AS, Taiwan, Jepang, dan lainnya bekerja untuk mencegah China merebut pulau itu sejak awal.
“Amerika Serikat dan Taiwan harus mulai berkoordinasi hari ini untuk membangun pencegaanh yang kredibel terhadap agresi atau paksaan China yang terbatas terhadap Taiwan,” menurut dokumen itu.
Dalam setiap skenario, kerja sama dengan Jepang sangat penting untuk membangun pencegahan yang efektif.
Beijing sejauh ini terus meningkatkan tekanan militer di pulau itu dalam beberapa pekan terakhir dan menteri pertahanan Taiwan awal bulan ini membuat prediksi yang mengerikan: pada tahun 2025, China akan dapat melakukan invasi "skala penuh" ke Taiwan. Skenario perang itu berfokus pada invasi Dongsha pada tahun 2025.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa AS berkomitmen untuk datang membela Taiwan jika mendapat serangan dari China. Pernyataan itu tampaknya bertentangan dengan kebijakan "ambiguitas strategis" yang dinyatakan Amerika Serikat.
Ketika ditanya apakah AS akan melindungi Taiwan jika China menyerang, Biden mengatakan akan melakukannya.
"Ya, kami memiliki komitmen untuk melakukan itu," kata Biden bersumpah untuk melindungi Taiwan jika terjadi serangan China
Seorang pejabat Gedung Putih berusaha untuk mengklarifikasi komentar Biden tentang Taiwan dengan mengatakan bahwa Presiden tidak mengumumkan perubahan apa pun dalam kebijakannya dan tidak ada perubahan dalam kebijakan pemerintah AS.
AS menyediakan senjata pertahanan untuk Taiwan tetapi tetap tidak memberikan sikap tegas soal apakah itu merupakan campur tangan secara militer jika terjadi serangan China. Padahal di bawah Kebijakan "Satu China", AS mengakui klaim kedaulatan China atas Taiwan.