Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Xi Jinping Bersumpah Taiwan Bersatu dengan China dengan Cara Damai

Presiden China Xi Jinping mengatakan hambatan terbesar untuk reunifikasi China adalah kemerdekaan Taiwan.
Presiden China Xi Jinping/Bloomberg
Presiden China Xi Jinping/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden China Xi Jinping bersumpah untuk melakukan penyatuan kembali atau reunifikasi Taiwan dengan China melalui cara damai.

Pernyataan tersebut diucapkan Xi dalam pidatonya di Beijing, Sabtu (9/10/21) dalam rangka memperingati 110 tahun revolusi yang mengakhiri dinasti kekaisaran di China. Xi Jinping mengatakan bahwa hambatan terbesar untuk reunifikasi China adalah kemerdekaan Taiwan.

"Mereka yang melupakan warisan mereka, mengkhianati tanah air mereka dan berusaha memecah belah negara tidak akan ada gunanya," kata Jinping seperti dikutip dari CNN, Senin (11/10/2021).

Pemerintahan Taiwan dan China telah terpisah sejak perang sipil lebih dari 7 dekade lalu. Nasionalis yang kalah dalam perang tersebut melarikan diri ke Taiwan.

Sementara itu, China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun Partai Komunis China tidak pernah memerintah wilayah demokratis dengan penduduk sebesar 24 juta orang tersebut.

Pidato Xi Jinping ini disampaikan sehari sebelum peringatan resmi Pemberontakan Wuchang pada 10 Oktober, yang diperingati sebagai Hari Nasional di Taiwan.

Xi mengatakan bahwa ia ingin melihat reunifikasi yang damai dengan aturan “one country two systems”. Aturan ini mirip dengan yang sudah diterapkan di Hong Kong. Sementara itu, Taiwan menentang aturan ini.

Dalam pidatonya, Jinping menambahkan masalah Taiwan adalah salah satu urusan internal China dan tidak akan memperbolehkan campur tangan dari luar.

“Masyarakat tidak boleh meremehkan tekad rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah. Tugas penyatuan kembali Tiongkok sepenuhnya harus dicapai, dan itu pasti akan tercapai,” katanya.

Pidato itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan militer di Selat Taiwan. Selama empat hari di awal Oktober, militer China menerbangkan hampir 150 jet tempur, pembom berkemampuan nuklir, pesawat anti-kapal selam dan pesawat peringatan dini dan kontrol udara ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan, menurut Kementerian Pertahanan pulau itu.

Meskipun pemerintah Taiwan tidak mencari konflik militer, Presiden Taiwan, Tsai Ing-Wen mengatakan pihaknya juga akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kebebasan dan cara hidup demokratisnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Taiwan Chui Kuo-Cheng mengatakan pada hari Rabu (6/8/2021) bahwa China dapat melakukan invasi "skala penuh" ke pulau itu pada 2025.

Sedangkan dalam pidatonya, Xi Jinping tidak menyebutkan penggunaan kekuatan militer. Namun, pernyataan terakhirnya kurang menghasut daripada komentar yang dia buat pada 1 Juli untuk memperingati 100 tahun berdirinya Partai Komunis China. Saat itu, dia bersumpah untuk "mengalahkan sepenuhnya" setiap pendukung kemerdekaan Taiwan.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pidato Xi Jinping, Dewan Urusan Daratan Taiwan mengatakan Beijing harus meninggalkan langkah-langkah provokatif intrusi, pelecehan, dan penghancuran.

Menurut pernyataan tersebut, masa depan dan pembangunan Taiwan sepenuhnya berada di tangan penduduk negara itu sendiri, dan China harus mempertimbangkan interaksi berdasarkan perdamaian, paritas, demokrasi, dan dialog.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper