Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19 Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah AS, Kalahkan Flu Spanyol!

Angka kematian akibat pandemi Covid-19 yang dipicu varian Delta di Amerika Serikat (AS) rata-rata lebih dari 1.900 sehari. Ini merupakan level tertinggi sejak awal Maret 2021.
Tenaga kesehatan bekerja di dalam unit penanganan penyakit virus Corona (CovidD-19) di United Memorial Medical Center saat Amerika Serikat hampir mencapai angka 300.000 kematian, di Houston, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (12/12/2020). Foto diambil tanggal 12 Desember 2020./Antara/Reuters-Callaghan O'Hare
Tenaga kesehatan bekerja di dalam unit penanganan penyakit virus Corona (CovidD-19) di United Memorial Medical Center saat Amerika Serikat hampir mencapai angka 300.000 kematian, di Houston, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (12/12/2020). Foto diambil tanggal 12 Desember 2020./Antara/Reuters-Callaghan O'Hare

Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 kini telah membunuh ribuan warga Amerika Serikat (AS), di mana angka kematian tersebut sama seperti flu Spanyol tahun 1918-1919.

Angka kematian akibat pandemi Covid-19 yang dipicu varian Delta di AS rata-rata lebih dari 1.900 sehari dan merupakan level tertinggi sejak awal Maret 2021.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, jumlah pasien yang terpapar Covid-19 di AS mencapai lebih dari 674 ribu jiwa pada Senin (20/9/2021) siang waktu setempat, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi. Namun, masa yang dikhawatirkan bagi warga AS adalah saat musim dingin tiba yang dapat membawa gelombang baru Covid-19.

Dilansir dari TIME, Universitas Washington memproyeksikan sebanyak 100 ribu atau lebih orang AS akan meninggal karena Covid-19 pada 1 Januari. Angka ini akan menambah jumlah korban keseluruhan AS menjadi 776 ribu jiwa akibat Covid-19.

Menengok ke belakang saat pandemi flu Spanyol terjadi di AS tahun 1918-1919, menewaskan 50 juta korban secara global pada saat dunia memiliki seperempat populasi seperti sekarang. Sedangkan kematian global akibat Covid-19 mencapai lebih dari 4,6 juta.

Seperti flu Spanyol, para ilmiwan mengatakan bahwa Covid-19 mungkin tidak akan pernah sepenuhnya hilang dari tengah-tengah masyarakat. Namun mereka berharap, pandemi menjadi penyakit musiman ringan karena kekebalan manusia menguat melalui vaksinasi dan infeksi berulang meskipun memakan waktu.

“Kami berharap ini seperti masuk angin, tetapi tidak ada jaminan,” kata ahli biologi Universitas Emory Rustom Antia seperti dikutip dari TIME, Selasa (21/9/2021). 

Kendati demikian, pensiunan profesor epidemiologi Universitas Washington, Ann Marie Kimball, mengatakan virus corona bermutasi lebih lambat daripada virus flu dan menjadikannya target yang lebih stabil untuk dijalankan vaksinasi.

“Kami memiliki lebih banyak pengendalian infeksi, lebih banyak kemampuan untuk mendukung orang yang sakit. Kami memiliki obat modern,” kata Kimball.

Namun, lanjut Kimball, AS memiliki lebih banyak penduduk dan lebih banyak mobilitas. Selain itu, ketakutan pada akhirnya adalah strain baru yang dapat mengatasi target vaksin tertentu.

“Kita semua akan terinfeksi, yang penting adalah apakah infeksinya parah,” kata Antia.

Vaksin Covid-19 saat ini bekerja sangat baik dalam mencegah penyakit parah dan kematian dari varian virus yang muncul selama ini. Antia melanjutkan bahwa sangat penting bagi para ilmuwan untuk memastikan virus yang selalu bermutasi tidak cukup berubah untuk menghindari vaksin atau menyebabkan penyakit parah pada anak-anak yang tidak divaksinasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper