Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menjadi diplomat pertama yang berkunjung ke Afghanistan dan bertemu dengan pejabat Perdana Menteri Mullah Mohammad Hassan Akhund.
Dia juga bertemu dengan mantan Presiden Hamid Karzai serta Abdullah Abdullah, Kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional.
Pada pertemuan itu, dia mendorong berbagai partai dan kelompok di Afghanistan untuk terlibat dalam rekonsiliasi nasional di bawah pemerintahan Taliban.
Dalam kunjungan tingkat tertinggi oleh seorang pejabat sejak penarikan militer Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan, Al Thani bertemu dengan sejumlah pejabat di pemerintahan baru, termasuk menteri luar negeri dan wakilnya.
Mereka membahas situasi politik saat ini dan upaya yang dilakukan Qatar untuk mendukung rakyat Afghanistan.
Taliban merilis foto-foto pertemuan Al Thani dengan Akhund, sementara foto-foto dirinya dengan mantan Karzai beredar di media sosial sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Senin (13/9/2021).
Qatar dianggap sebagai salah satu negara dengan pengaruh paling besar atas Taliban, yang menguasai Afghanistan bulan lalu saat pasukan AS bersiap untuk akhirnya mundur dari negara itu setelah 20 tahun.
Negaa itu memainkan peran penting dalam pengangkutan udara besar-besaran yang dipimpin AS terhadap warganya sendiri, warga negara Barat lainnya, dan warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat.
Qatar juga mendukung puluhan ribu warga Afghanistan yang dievakuasi pada minggu-minggu terakhir pendudukan pimpinan AS saat mereka diproses sebelum menuju ke negara lain.
Negara donor asing yang dipimpin oleh AS menyediakan lebih dari 75 persen pengeluaran publik untuk pemerintah Afghanistan yang hancur ketika AS menarik pasukannya setelah 20 tahun di negara itu.
Pemerintahan presiden Joe Biden terbuka untuk menyumbangkan bantuan kemanusiaan. Akan tetapi, dia mengatakan bahwa setiap jalur kehidupan ekonomi langsung, termasuk mencairkan aset bank sentral, akan bergantung pada tindakan Taliban termasuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi orang-orang untuk meninggalkan negara itu.
Dana Moneter Internasional juga telah memblokir Taliban untuk mengakses dana sekitar US$440 juta dalam bentuk cadangan darurat baru.
“Taliban tengah mencari legitimasi dan dukungan internasional. Pesan kami sederhana: legitimasi dan dukungan apa pun harus diperoleh,” kata diplomat senior AS Jeffrey DeLaurentis kepada Dewan Keamanan PBB.