Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kabur dari Taliban, Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Kembali Minta Maaf

Ashraf Ghani menyangkal klaim bahwa dia telah membawa jutaan dolar ke luar negeri ketika dia melarikan diri.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani/Reuters-Mike Segar
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani/Reuters-Mike Segar

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengatakan tidak punya niatnya untuk "meninggalkan rakyat" dan meminta maaf kepada warga Afganistan atas berakhirnya pemerintahannya.

Ashraf Ghani melarikan diri dari negaranya bulan lalu pada hari yang sama ketika Taliban berhasil menguasai ibu kota, Kabul.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Twitter kemarin, Ghani mengatakan dia pergi pada 15 Agustus atas desakan keamanan pihak istana untuk menghindari risiko pertempuran jalanan berdarah. Dia pun kembali membantah telah mencuri jutaan uang dari perbendaharaan negara.

"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tapi saya percaya itu satu-satunya cara untuk menghindari pertumpahan darah dan menyelamatkan Kabul dan 6 juta warganya," kata Ghani seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (9/9/2021).

Ghani mengambil kesempatan itu untuk menyangkal klaim bahwa dia telah membawa jutaan dolar ke luar negeri ketika dia melarikan diri. Dia mengatakan siap untuk diselidiki guna membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

Klaim tersebut berasal dari mantan duta besar Afghanistan untuk tetangga Tajikistan, Zahir Aghbar yang menuduh Ghani membawa sekitar US$169 juta ketika dia meninggalkan negara itu.

Ghani, yang saat ini berada di Abu Dhabi, menyesalkan bahwa seperti para pendahulunya, dia juga tidak mampu membawa perdamaian dan kemakmuran ke negara yang dilanda perang itu.

“Dengan penyesalan yang mendalam bahwa kepemimpinan saya sendiri berakhir dengan tragedi yang sama dengan pendahulu saya. Saya meminta maaf kepada orang-orang Afghanistan bahwa saya tidak dapat mengakhirinya dengan cara yang baik," ujarnya.

Pejuang Taliban mengambil alih Kabul setelah serangan kilat diluncurkan pada Mei saat Amerika Serikat dan NATO mulai menarik pasukan.

Dalam waktu 10 hari sebelum mengambil ibu kota, Taliban telah merebut serangkaian kota-kota lain meski menghadapi perlawanan.

Dalam sebuah wawancara dengan media Afghanistan TOLO News, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Ghani telah mengatakan kepadanya malam sebelum meninggalkan Afghanistan bahwa dia siap untuk berperang sampai mati.

"Saya tentu tidak ada urusan denggan hal itu dan kami tentu tidak melakukan apa pun untuk memfasilitasinya," kata Blinken.

Menanggapi pertanyaan lain, Blinken mengatakan dia tidak tahu apakah Ghani telah membawa uang tunai jutaan dolar.

“Itu, saya tidak tahu. Yang saya tahu adalah dia meninggalkan negara itu, dan sekali lagi, dalam waktu yang sangat singkat. Pasukan keamanan sebagai sebuah institusi runtuh dan begitu pula pemerintah,” ujarnya.

Pernyataan maaf Ghani muncul sehari setelah Taliban mengumumkan pemerintahan sementara mereka. Sejumlah tokoh garis keras menempati jabatan penting dan tidak ada perempuan meskipun sebelumnya Taliban berjanji untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper