Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Melarikan Diri, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Berada di Uni Emirat Arab

Hal tersebut terungkap dari pernyataan Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA).
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani/Reuters-Mike Segar
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani/Reuters-Mike Segar

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani disebut berada di Uni Emirat Arab (UEA) usai melarikan diri setelah pasukan Taliban mendekati Ibu Kota Kabul.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (18/8/2021), pemerintah UEA melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa negara tersebut menyambut Ashraf Ghani dan keluarganya.

"UEA telah menyambut Presiden Ashraf Ghani dan keluarganya ke wilayah kami dengan alasan kemanusiaan," demikian pernyataan dari Kemenlu UEA.

Sebagaimana diberitakan, Ashraf Ghani kabur meninggalkan Afghanistan beberapa jam setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Minggu (15/8/2021). Kini, Taliban berhasil memasuki Istana Kepresidenan Afghanistan.

Ashraf Ghani dengan nama lengkap Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai lahir pada 19 Mei 1949. Ghani merupakan Presiden Afghanistan ke-14 dari September 2014 hingga Agustus 2021.

Bisnis sebelumnya memberitakan ketika Presiden Ghani melarikan diri dari negaranya, staf kedutaan AS diterbangkan dengan helikopter keluar dari kompleks mereka yang dijaga ketat dan ribuan orang menuju ke bandara Kabul.

Pejuang Taliban awalnya berhenti di luar kota, sementara pembicaraan darurat diadakan di istana presiden. Namun, mereka kemudian pindah untuk mengambil kendali penuh.

Niat Taliban untuk memerintah masih belum jelas dan mungkin berbeda di seluruh negeri. Laporan dari dalam wilayah yang dikuasai Taliban sejauh ini memberikan gambaran yang beragam.

Melansir dari BBC News, di Balkh, 20km (12 mil) dari Mazar-i-Sharif, mereka menemukan perempuan dan anak perempuan diperbolehkan di tempat umum tanpa pendamping, tetapi ada laporan tentang seorang wanita dibunuh karena cara dia berpakaian.

Di tempat lain, termasuk distrik utara pedesaan dekat perbatasan Tajik, para wanita mengatakan bahwa mereka sekarang dipaksa untuk menutupi diri mereka dengan burka dan tidak bisa keluar tanpa pendamping.

Ada juga laporan tentang wanita muda yang ditawarkan kepada pejuang Taliban untuk pernikahan paksa. Meskipun, perwakilan Taliban di Qatar bersikeras ini adalah ‘kebohongan’.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper