Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 Naik, Singapura Masih Pertimbangkan Lockdown

Pemerintah Singapura tidak mengelak bahwa mereka tidak mengesampingkan opsi lockdown setelah kasus harian meningkat lebih dari 200 per harinya.
Pengunjung mengelilingi Rain Vortex di tengah-tengah Terminal Jewel di Bandara Internasional Changi, Singapura, Kamis (11/4/2019)./Bloomberg-Wei Leng Tayn
Pengunjung mengelilingi Rain Vortex di tengah-tengah Terminal Jewel di Bandara Internasional Changi, Singapura, Kamis (11/4/2019)./Bloomberg-Wei Leng Tayn

Bisnis.com, JAKARTA - Singapura meningkatkan syarat wajib tes Covid-19 dan masih mempertimbangkan opsi lockdown seiring dengan kasus harian yang meningkat.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (7/9/2021), Singapura sebagai negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, akan meningkatkan frekuensi testing wajib di lingkungan dengan risiko penyebaran virus tinggi, seperti tempat layanan perawatan dan pusat kebugaran.

Singapura juga akan memperpanjang persyaratan bagi pekerja yang banyak melakukan kontak dengan orang lain seperti petugas di mal dan staf supermarket, kata Menteri Kesehatan dalam pernyataan.

Adapun perkumpulan di tempat kerja akan dilarang mulai 8 September dan pemerintah juga mengimbau agar warganya membatasi bepergian ke luar rumah.

“Kami telah memperlmabat laju transmisi. Ini adalah langkah terakhir dan kami akan mencoba sebaik mungkin untuk tidak menerapakan [lockdown]. Tapi kita seharusnya tidak mengesampingkan [opsi] itu sepenuhnya," kata Menteri Keuangan Singapura Lawrence Wong.

Sebelumnya, Singapura telah memberi sinyal akan melonggarkan pembatasan aktivitas setelah mencapai tingkat vaksinasi hingga 80 persen. Namun, kasus pada bulan ini meningkat hingga berkisar 200 per hari.

Pernyataan tersebut disampaikan hanya beberapa hari setelah Wong mengatakan Singapura telah sampai pada fase hidup dengan Covid-19 dan tidak lagi perlu memberlakukan pembatasan.

Singapura menjadi salah satu negara pertama yang dapat mengatasi kasus Covid-19 yang beralih menjadi endemi.

Beberapa negara dengan kasus nihil di antaranya adalah Australia, Selandia Baru, China, dan Hong Kong. Mereka telah mempersempit penyebaran dan memperkecil angka kematian dengan mengisolasi diri dan menutup perbatasan.

Namun, wabah lokal telah membuat kekebalan alami di antara populasi sangat rendah sehingga kekuatan vaksinasi menjadi faktor yang penting.

“Pemerintah mengambil jalan tengah dan jelas mengubah strategi. Mereka yang mengharapkan pembukaan penuh, akan sangat kecewa,” kata Leong Hoe Nam, seorang dokter penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper