Bisnis.com, JAKARTA - Koordinator RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Mayjen TNI Tugas Ratmono, mengatakan hingga saat ini mengajak pasien ke fasilitas isolasi terpusat (isoter) masih jadi tantangan tersendiri.
Padahal, kata dia, isoter sangat membantu mencegah perburukan bahkan kematian pasien.
"Intinya isoter ini betul-betul tempat untuk memantau secara dini sehingga melimitasi angka kejadian kesakitan atau perburukan bahkan kematian," kata Tugas Ratmono, dalam talk show yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia, Kamis (2/9/2021).
Ia khawatir jika pasien memaksakan melakukan isolasi mandiri di rumah, pemburukan tidak dapat dicegah.
"Kalau isoman itu pendeteksian dan pendampingannya kurang. Ketika terjadi pemburukan, dibawa ke rumah sakit, harus langsung masuk ICU. Tapi kalau dipindahkan ke isoter tentu ada deteksi dini dan pendampingan," jelasnya.
Selain untuk mencegah pemburukan pada pasien, fasilitas isoter juga mencegah penularan virus kepada anggota keluarga di rumah.
Baca Juga
Menurut Tugas, kondisi rumah yang tidak memadai berpotensi menciptkan klaster keluarga. "Maka tidak heran jika di suatu wilayah angka penularan jadi tinggi karena penularan dari isoman. Satu rumah tidak melakukan protokol kesehatan, sehingga ada penularan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Alexander Kaliaga Ginting meminta posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk aktif berkoordinasi dengan puskesmas agar mengevakuasi pasien isoman ke isoter atau rumah sakit.
"Kalau dipindah ke isoter, ini akan ada deteksi dini dan pendampingan," imbuhnya.
Satgas mencatat angka rata-rata keterpakaian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) nasional untuk ruang isolasi Covid-19 sudah turun signifikan hingga 25,04 persen.