Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat Amerika Serikat mengatakan tetap mengevakuasi warga AS dan warga Afganistan, meski terjadi serangan bom di bandara Kabul, Afganistan pada Kamis (26/8/2021).
Sebanyak 13 personel militer AS tewas dan 18 terluka dalam serangan bom di bandara Kabul. Serangan bom juga menewaskan sedikitnya 60 warga sipil Afghanistan. Bom tersebut diledakkan di gerbang bandara di mana personel militer AS sedang menyaring warga sipil Afghanistan.
"Seorang anggota militer AS yang ketiga belas telah meninggal karena luka-luka yang dideritanya akibat serangan di Gerbang Abbey," kata juru bicara Komando Pusat Kapten Bill Urban dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari aljazeera.com, Jumat (27/8/2021).
Terlepas dari serangan itu, komandan Komando Pusat AS Jenderal Korps Marinir Kenneth McKenzie Jr mengatakan bahwa mereka terus menjalankan misi untuk mengevakuasi warga AS. Menurutnya, banyak warga Afghanistan yang memiliki dokumen untuk meninggalkan negara itu.
“Misi kami adalah mengevakuasi warga AS atau warga negara ketiga, terutama pemegang visa imigran, staf kedutaan AS, dan warga Afghanistan yang berisiko,” jelas McKenzie.
Saat ini, AS memiliki 5.800 tentara di bandara di Kabul yang bekerja untuk mengevakuasi ribuan warga AS, Afghanistan, dan lainnya.
Baca Juga
Adapun orang yang terluka dibawa ke rumah sakit karena sejumlah korban dilaporkan setelah dua ledakan di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan pada 26 Agustus 2021.
“Serangan bunuh diri yang tampaknya terjadi di Gerbang Biara ke bandara, di mana pasukan AS sedang menyaring warga sipil Afghanistan untuk masuk ke bandara,” katanya.
McKenzie mengatakan orang-orang bersenjata ISIS juga telah menembaki massa dan pasukan AS setelah bom meledak.
Dua bom diledakkan oleh pelaku bom bunuh diri di dekat Gerbang Biara ke bandara tempat warga Afghanistan untuk memasuki bandara yang diamankan AS. Sedangkan bom kedua dekat dengan Baron Hotel, di mana banyak warga Inggris telah menunggu evakuasi.
Pesiden Emergency, Rossella Miccio mengatakan bahwa tersebut berdampak sangat besar. Emergency sendiri merupakan sebuah kelompok bantuan medis non-pemerintah.
“Para pekerja Emergency telah menerima sekitar 60 warga sipil Afghanistan yang terluka dengan banyak luka pada anggota badan yang hancur, tulang yang patah dan luka proyektil dan enam orang tewas,” kata Miccio.
Lebih lanjut, McKenzie mengatakan jika pihaknya dapat menemukan siapa yang terkait dengan ledakan bom tersebut, pihaknya akan mengejar mereka.
"Kami bekerja sangat keras sekarang untuk menemukan siapa yang terkait dengan ini,” ungkapnya.