Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman membeberkan minimal 50 ribu kasus positif Covid-19 tidak berhasil diidentifikasi di Indonesia sejak dominasi varian Delta.
Hal itu diungkapkan Dicky menyusul kekhawatiran potensi relaksasi yang diambil pemerintah atas kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) belakangan ini.
“PPKM belum mengubah skenario, yang saat ini pun banyak kasus yang tidak terdeteksi, kasus-kasus yang tidak terdeteksi ini akan menjadi penyebab klaster lain,” kata Dicky melalui pesan suara, Senin (23/8/2021).
Menurut dia, bentuk PPKM saat ini tidak efektif untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat. Dia menggarisbawahi kebijakan itu hanya memperlambat laju penyebaran virus.
“Penyebaran dari varian delta ini di mana-mana akan menimbulakn lonjakan-lonjakan lain, selain adanya varian baru yang lebih super ingat PPKM ini hanya memperlambat penyebaran virus,” tuturnya.
Selain itu, Dicky mengatakan, tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia relatif tinggi sebesar 4,14 persen selama PPKM. Di sisi lain, positivity rate berada di atas 20 persen.
Baca Juga
“Tes per seribu menurun, per pekan ini hanya 0,4 di tengah kondisi saat ini adalah untuk menemukan 1 kasus positif di Indonesia hanya perlu 4 hingga 5 orang dites,” kata dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjelaskan Indonesia mengalami banyak penambahan kasus sejak awal bulan Februari 2021, yang kemudian mengalami penurunan hingga Mei.
Kendati demikian, munculnya varian Delta yang mendominasi di Kudus dan Bangkalan beberapa waktu lalu, membuat kasus kembali naik secara drastis mencapai sekitar 56 ribu infeksi baru per harinya.
"Saya minta semuanya tetap hati-hati, waspada mengenai yang namanya Covid-19 ini. Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi," tutur Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) se-Jawa Timur yang ditayangkan via YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8/2021).