Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengumumkan keputusan terkait status PPKM Level 4 apakah akan diperpanjang atau tidak pada hari ini, Senin (9/8).
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai kondisi pandemi di Jawa - Bali masih sangat mengkawatirkan di akhir masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4.
Dia membenarkan ucapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa daerah luar Jawa - Bali tengah mengalami kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dibandingkan daerah-daerah di Jawa dan Bali.
“Tapi Jawa - Bali sendiri sebetulnya situasinya masih serius setidaknya sampai awal September. Nah karena sekarang tren di Jawa - Bali masuk ke desa dan daerah,” kata Dicky kepada Bisnis, Senin (9/8/2021).
Lebih lanjut kata dia, daerah pedesaan mengalami kenaikan tingkat kematian akibat pandemi ini hingga 10 kali lipat dibandingkan kondisi biasa.
Sebab itu, dia mengatakan bahwa penguatan testing dan tracing jangan hanya sekadar imbauan. Menurutnya perlu ada program khusus dan mengikat serta dipantau secara ketat.
Baca Juga
Dia menilai, apabila kondisi ini dibiarkan maka akan terjadi setidaknya dua situasi. Pertama, angka kesakitan bakal meningkat lebih banyak meski sebagian tidak terdeteksi.
Kedua, kematian akibat pandemi juga kian bertambah di desa-desa. Dia menyebut, ketidakmampuan pengendalian virus akan berpotensi lahirnya varian baru.
“Ini akan membuat potensi besar lahirnya varian baru yang made in Indonesia yang merugikan kita semua bahkan dunia,” terangnya.
Selain itu dia berharap pemerintah benar-benar serius menjalankan program 3 T dan 5 M serta vaksinasi di seluruh daerah secara konsisten dan berkomitmen tinggi.
“Bicara tentang PPKM ya PPKM itu sifatnya adalah penguat, adalah strategi tambahan yang harus dipertimbangkan penempatannya dengan bijak,” kata Dicky.
Berdasarkan, data Satgas Penanganan Covid-19 sehari menjelang berakhirnya PPKM Level 4, kasus positif Covid-19 bertambah 26.415 sehingga totalnya menjadi 3.666.031.
Untuk kasus sembuh, bertambah 48.508 orang sehingga totalnya menjadi 3.084.702, sedangkan kasus meninggal bertambah 1.498 sehingga totalnya menjadi 107.096 orang.
Seperti diketahui, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level 4 pada 3-9 Agustus 2021 di kabupaten/kota tertentu.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa tren kasus Covid-19 di Jawa dan Bali sudah menurun. Namun, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap potensi penularan virus Corona.
"Kita patut bersyukur bahwa pada pagi hari ini angka-angka pandemi menunjukkan bahwa di Jawa dan di Bali mulai sedikit menurun dan utamanya di Jakarta," ungkap Presiden Joko Widodo di RS Modular Pertamina Tanjung Duren, Jumat (6/8/2021).
Jokowi mengungkapkan angka-angka keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) mulai menurun dibandingkan dengan data yang dilihatnya setiap hari pada 6-8 pekan lalu.
"Di Wisma Atlet BOR-nya sempat di sekitar 90-an persen. Pagi hari ini tadi saya mendapatkan informasi angkanya sudah berada pada posisi 25 persen BOR nya tetapi juga kita harus tetap waspada hati-hati terus bersiap-siap, jaga-jaga," ujarnya.
Luar Jawa-Bali
Namun, Jokowi menyayangkan tren penurunan kasus Covid-19 di Jawa-Bali ini tidak diikuti oleh daerah-daerah di luar Jawa-Bali. Dia menyebut, kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali justru malah mengalami peningkatan.
Presiden menyoroti lima provinsi di luar Jawa-Bali dengan kenaikan kasus paling tinggi per tanggal 5 Agustus 2021, yaitu Kalimantan Timur dengan 22.529 kasus aktif, Sumatra Utara dengan 21.876 kasus aktif, Papua dengan 14.989 kasus aktif, Sumatra Barat dengan 14.496 kasus aktif, dan Riau dengan 13.958 kasus aktif.
Kemudian pada Jumat (6/8), angka kasus aktif di Sumatra Utara naik menjadi 22.892 kasus, Riau naik menjadi 14.993 kasus aktif, Sumatra Barat naik menjadi 14.712 kasus aktif, sementara kasus aktif di Kalimantan Timur dan Papua mengalami penurunan.
“Hati-hati, ini selalu naik dan turun, dan, yang perlu hati-hati, NTT. NTT hati-hati. Saya lihat dalam seminggu kemarin, tanggal 1 Agustus, NTT itu masih 886 (kasus aktif), tanggal 1 Agustus. (Tanggal) 2 Agustus, 410 kasus baru. Tanggal 3 (Agustus) 608 kasus baru. Tanggal 4 (Agustus) 530 (kasus baru). Tetapi lihat di tanggal 6 (Agustus) kemarin, 3.598 (kasus baru). Yang angka-angka seperti ini harus direspons secara cepat,” ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas tentang evaluasi perkembangan dan tindak lanjut PPKM Level 4 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/8/2021).
Untuk merespons situasi tersebut, ada tiga hal yang menurut Kepala Negara penting untuk segera dilakukan. Tiga strategi tersebut juga menjadi faktor penting dalam menurunkan kasus Covid-19 di Jawa-Bali. Pertama, membatasi mobilitas masyarakat.
“Kalau sudah kasusnya gede seperti itu, mobilitas masyarakat harus direm. Yang pertama yang paling penting –ini Gubernur semua harus tahu, Pangdam, Kapolda, semua harus tahu. Artinya mobilitas manusianya yang direm. Paling tidak dua minggu,” jelasnya.
Kedua, Presiden meminta Panglima TNI untuk menggencarkan pengetesan dan penelusuran atau testing dan tracing sehingga mereka yang kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif bisa segera ditemukan dan dipisahkan sehingga kasus Covid-19 tidak menyebar luas.
“Respons secara cepat. Karena ini berkaitan dengan kecepatan. Kalau ndak, orang yang punya kasus positif sudah ke mana-mana, menyebar ke mana-mana. Segera temukan. Yang kedua testing dan tracing, sekali lagi, segera temukan. Dites ketemu, di-tracing dia kontak dengan siapa, itu yang kedua,” tegasnya.
Ketiga, Presiden menginstruksikan agar para pasien positif Covid-19 segera dibawa ke tempat isolasi terpusat (isoter). Terkait hal tersebut, Presiden meminta kepala daerah baik gubernur, bupati, maupun wali kota untuk menyiapkan tempat-tempat isolasi terpusat di daerahnya masing-masing dengan memanfaatkan fasilitas umum seperti gedung olah raga, balai, hingga sekolah.
“Saya minta Menteri PUPR juga membantu daerah dalam rangka penyiapan isoter ini. Terutama di daerah-daerah yang tadi saya sebutkan yang segera harus merespons dari angka-angka yang ada. Dan juga libatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pintu utama dalam penanganan pasien. Bisa kalau di Jawa ini ada yang lewat telemedicine tapi kalau enggak, ya lewat telepon pun enggak apa-apa. Ini untuk mengurangi angka kematian yang ada,” paparnya.
Selain tiga hal tadi, Presiden menyebut bahwa kecepatan vaksinasi juga menjadi kunci dalam penanganan Covid-19. Untuk itu, Presiden meminta semua pihak mendukung vaksinasi Covid-19 nasional.
Presiden juga meminta para kepala daerah untuk segera menyuntikkan vaksin kepada masyarakat begitu mendapatkan stok vaksin.