Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh Asean setelah penunjukan Menteri Luar Negeri II Brunei Darussalam sebagai utusan khusus urusan Myanmar.
Menlu Retno mengatakan penunjukan utusan khusus ini merupakan langkah pertama implementasi 5 Poin Konsensus untuk masalah Myanmar. Penunjukkan utusan khusus memerlukan waktu yang cukup panjang dengan melewati diskusi yang alot.
Dalam pembahasan yang sangat terbuka Indonesia terus menyampaikan prinsip-prinsip yang harus dihormati. Akhirnya, Myanmar telah menyetujui usulan Asean dan utamanya chair Asean untuk menunjuk Menlu II Brunei Erywan Yusof pada 3 Agustus lalu.
"Ini satu langkah yang baik, namun masih ada beratus atau beribu langkah yang harus mengikutinya," ujarnya dalam konferensi pers pada Kamis (5/8/2021).
Indonesia menekankan pentingnya akses yang diberikan kepada utusan khusus untuk dapat menjangkau seluruh pihak di Myanmar. Utusan khusus juga harus segera melakukan kunjungan ke Myanmar dan memulai dialog dengan semua pihak.
"Indonesia mengharapkan kemajuan kerja utusan khusus sudah dapat dilaporkan pada pertemuan AMM yang akan datang yaitu di bulan September 2021," terangnya.
Baca Juga
Dokumen Joint Communique yang dihasilkan dari Pertemuan Asean Foreign Ministers' Meeting (AMM) ke-54 ini menyatakan bahwa utusan khusus bertugas untuk membangun kepercayaan dan keyakinian dengan diberikan akses menyeluruh kepada semua pihak di Myanmar.
Dia bertugas untuk membangun kepercayaan dan keyakinian dengan diberikan akses menyeluruh kepada semua pihak di Myanmar. Utusan khusus akan diberikan tenggat waktu untuk memastikan penerapan 5 Poin Konsensus yang disepakati pada Pertemuan Pemimpin Asean pada 24 April dilaksanakan.
Lima poin tersebut di antaranya harus menghasilkan penghentian kekerasan di Myanmar yang telah memakan ratusan korban dan memberikan akses bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar.
Untuk itu, Asean juga telah meminta Pusat Koordinasi Asean untuk Bantuan Kemanusiaan untuk manajemen bencana (AHA Centre) untuk segera mendistribusikan bantuan.