Bisnis.com, JAKARTA - Akun Instagram faktacovid19.id mengungkapkan terdapat sejumlah informasi hoaks terekam dalam video diskusi antara eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari bersama ekonom Ichsanuddin Noorsy.
Video bincang-bincag mengenai penanganan pandemi tersebut diunggah oleh akun Neno Warisman Channel di platform Youtube pada 17 Juli lalu.
Akun Instagram faktacovid19.id mengungkapkan terdapat beberapa informasi hoaks dalam video tersebut, di antaranya adalah:
1. Ada zat di dalam vaksin yang disebut rejuvan yang berpotensi berbahaya untuk orang dengan riwayat penyakit komorbid. Zat tersebut disebut-sebut yang menyebabkan angka kematian akibat vaksinasi, khususnya pada lansia dan pasien komorbid.
Penjelasan:
Bahan adjuvan (bukan rejuvan) dalam vaksin adalah bahan tambahan yang dalam vaksin untuk membantu vaksin bekerja lebih baik dengan memperkuat respons imun yang terjadi.
Baca Juga
Biasanya digunakan pada vaksin yang platformnya adalah virus mati atau komponen protein saja dan sudah digunakan secara aman selama lebih dari 70 tahun.
Penggunaan bahan adjuvan juga sudah diuji klinis terkait keamanan dan keefektivannya sebelum diberikan. Hal ini seperti dijelaskan dalam situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
2. Covid-19 dianggap sebagai rekayasa setelah angkanya yang meledak sejak awal.
Penjelasan:
Hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa Covid-19 ini adalah rekayasa, termasuk juga tidak ada bukti bahwa virus ini buatan laboratorium.
Kasus Covid-19 cepat meningkat karena dapat ditularkan oleh pasien tanpa gejala sehingga cukup sulit untuk mencegah penularannya di masyarakat, apalagi bila mobilitas masyarakatnya tinggi.
3. PCR disebut bukan alat diagnostik
Penjelasan:
Dalam paten PCR pada 1987, disebutkan bahwa tes PCR memang diperuntukkan salah satunya untuk diagnosis berbagai macam penyakit menular.
Selain Covid-19, sampai saat ini tes PCR telah digunakan untuk membantu diagnosis Infeksi HIV, Hepatitis C, Hepatitis B, Cytomegalovirus, Infeksi human papillomavirus (HPV), Gonore, Klamidia, Penyakit Lyme, dan Pertusis (batuk rejan).
Tes PCR berfungsi mendiagnosis penyakit menular dengan mendeteksi materi genetik virus atau bakteri yang ada di tubuh pasien.