Bisnis.com, JAKARTA – Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat harus diperpanjang karena beban fasilitas kesehatan yang belum menurun dan angka kematian akibat Covid-19 masih tinggi.
“Jadi, kalau tidak diperpanjang ini akan berkontribusi pada perburukan situasi tapi tentu tidak bisa lama-lama saya setuju, misalnya dua minggu sehingga exit strateginya harus disiapkan dan dilakukan secara berkelanjutan yaitu 3T, vaksinasi, dan 5 M,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (20/7/2021).
Dicky juga menyarankan kepada pemerintah untuk memasifkan testing yaitu mencapai 500.000 per hari. Bahkan, dia menyebut, 1 juta testing per hari dalam seminggu atau dua minggu akan sangat berdampak dalam pengendalian pandemi.
Terkait penerapan PPKM Darurat se-Jawa dan Bali pada 3-20 Juli 2021, Dicky menyampaikan, bahwa upaya tersebut mulai sedikit menahan laju kasus terkonfirmasi.
Untuk itu, sambungnya, pelonggaran kegiatan masyarakat justru akan membuat capaian tersebut menjadi sia-sia.
“Misalnya pemerintah melonggarkan pembatasan darurat, artinya kita menyia-nyiakan upaya dua minggu walaupun data terakhir memang meningkat lagi sedikit. Tapi, saya melihat adalah peran [PPKM Darurat] ya walaupun belum signifikan. Ini baru dua minggu, kalau bicara dua minggu ya dampaknya nanti dua minggu lagi lah, nggak bisa instan,” jelas Dicky.
Baca Juga
Target
Setelah terjadi kenaikan esksponensial kasus positif Covid-19 sejak pertengahan Juni 2021, pemerintah memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali pada 3-20 Juli 2021.
Saat diputuskan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi ketua pelaksana, menargetkan PPKM Darurat mampu mengendalikan laju penularan hingga di bawah 10.000 kasus positif per hari.
Selain itu, dalam catatan Bisnis, dia juga memprediksi penurunan kasus harian mulai terjadi sekitar sepekan setelah penerapan PPKM Darurat atau pada 12 Juli 2021.
Mobil jenazah masuk ke pekuburan Covid-19, Buper Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (20/7/2021). Data pihak berwenang setempat per 17 Maret - 18 Juli 2021 menyebut dari 45 rumah sakit (RS) Pemerintah dan 16 Swasta di Papua total kasus meninggal dunia akibat Covid-19 berjumlah 634 orang dan Kota Jayapura masuk Zona Merah untuk kematian akibat Covid-19. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Namun, fakta yang terjadi justru sebaliknya, kasus positif harian terus meroket dan berkali-kali membentuk kurva tertinggi.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa kasus positif harian pertama kali menembus angka 30.000 terjadi pada 6 Juli 2021, tepatnya di angka 31.189 kasus positif.
Hanya membutuhkan 6 hari kasus positif harian menembus 40.000 yaitu pada 12 Juli 2021. Saat itu, kasus positif menembus 40.427 orang.
Dengan demikian, prediksi Menko Luhut meleset karena disebutkan pada 12 Juli 2021 atau sepekan PPKM Darurat berjalan, kasus positif mulai mengalami penurunan.
Pada paruh kedua pelaksanaan PPKM Darurat, kasus positif belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Sebaliknya, kasus positif malah meroket ke angka 50.000 atau tepatnya 54.517 pada 14 Juli 2021.
Puncaknya, pada 15 Juli 2021, kasus positif harian mencapai 56.757 orang atau menjadi yang tertinggi sejak Indonesia terdampak pandemi pada sekitar awal tahun lalu.
Kasus positif harian mulai menurun setelahnya walaupun masih berkisar di angka 50.000 dalam sehari.
Pada dua hari terakhir penerapan PPKM Darurat atau 18-19 Juli 2021 kasus positif harian beturut-turut turun ke angka 44.721 dan 34.297 kasus.
BOR dan Kasus Kematian
Lebih lanjut, kenaikan eksponensial kasus positif jelas berdampak pada kenaikan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) rumah sakit dan tempat-tempat isolasi yang disediakan pemerintah dan kelangkaan tabung oksigen.
Walhasil, dikabarkan banyak pasien positif bergejala sedang hingga berat akhirnya tidak terselamatkan karena terlambat atau tidak sama sekali sempat dirawat secara intensif di rumah sakit.
Hal itu menjadi salah satu faktor penyebab lonjakan angka kematian akibat Covid-19, selain yang kasus meninggal di rumah sakit.
Data Satgas Covid-19 menunjukkan, pada 3 Juli 2021 atau hari pertama penerapan PPKM Darurat se-Jawa dan Bali kasus meninggal mencapai 493 orang. Tiga hari berselang atau pada 7 Juli 2021 kasus meninggal harian menyentuh 1.040 orang atau menjadi yang tertinggi selama ini.
Setelahnya, kasus meninggal harian berfluktuasi di kisaran 800-1.000 kasus. Namun, pada 16 Juli 2021, kurva kasus meninggal harian membentuk puncak baru yaitu diangka 1.205.
Kendati sempat menurun pada 17 Juli 2021 yaitu terjadi 1.092 kasus meninggal, sayangnya 2 hari setelahnya kasus meninggal justru naik lagi berturut-turut di angka 1.093 dan 1.338 orang.
Untungnya, kabar buruk peningkatan kasus meninggal juga diimbangi peningkatan kasus sembuh yang juga membentuk puncak-puncak baru dalam statistik.
Kasus sembuh harian mulai menembus angka 20.000 pada 8 Juli 2021 tepatnya diangka 21.185 dan terus naik mencapai 32.615 pada 11 Juli 2021. Kurva puncak kasus sembuh harian terjadi pada 12 Juli 2021 yaitu diangka 34.754 orang.
Sayangnya, kasus sembuh harian sempat drop pada 17 Juli 2021 yaitu hanya 17.762 orang walaupun setelahnya kembali naik.
Tracing dan Testing Belum Optimal
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa kunci penanganan Covid-19 varian Delta yang menjadi biang kerok lonjakan kasus positif di Indonesia ada pada peningkatan tracing dan testing.
Dalam PPKM Darurat, pemerintah secara khusus menaikkan target testing hingga mencapai 334.283 orang per hari dan tracing perlu dilakukan lebih dari 15 kontak erat per kasus konfirmasi.
Namun, Data Satgas menunjukkan target tersebut tidak jua tercapai. Pada hari pertama penerapan PPKM Darurat atau 3 Juli 2021 sebanyak 157.227 spesimen diperiksa dari 110.983 orang.
Jumlah pemeriksaan terus meningkat hingga menyentuh 200.381 spesimen dari 135.836 orang pasa 8 Juli 2021.
Setelahnya jumlah testing tercatat berfluktuasi di kisaran 149.000 hingga 219.000 spesimen. Puncaknya, pada 16 Juli 2021, sebanyak 258.532 spesimen diperiksa dari 179.216 orang.
Jika merujuk pada target 334.283 orang dites setiap harinya, capaian dalam PPKM Darurat jelas masih jauh dari target.
Kendati belum memenuhi target, peningkatan jumlah spesimen dan orang yang dites menjadi tren positif yang harus terus ditingkatkan.