Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan mulai mengerahkan lebih dari 20.000 tentara untuk membantu polisi untuk meredakan kerusuhan selama seminggu setelah jumlah korban tewas melonjak menjadi 117 orang.
Kerusuhan dan penjarahan terjadi menyusul pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma, kata pihak berwenang kemarin.
Dalam salah satu pengerahan tentara terbesar sejak berakhirnya kekuasaan minoritas kulit putih pada tahun 1994, pemerintah mengatakan, 10.000 tentara turun ke jalan pada Kamis (15/7/2021) pagi.
Sedangkan, Angkatan Pertahanan Nasional Afrika Selatan juga telah memanggil semua pasukan cadangannya yang terdiri dari 12.000 tentara.
Dalam satu unjuk kekuatan, konvoi lebih dari 12 kendaraan pengangkut personel lapis baja membawa tentara kemarin ke Provinsi Gauteng.
Provinsi itu merupakan yang terpadat di Afrika Selatan yang meliputi kota terbesar, Johannesburg, dan Ibu Kota eksekutif, Pretoria.
Bus, truk, pesawat terbang dan helikopter juga digunakan untuk pengerahan pasukan ke tempat-tempat bermasalah di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal yang telah mengalami kekerasan selama seminggu di daerah-daerah yang sebagian besar miskin.
Kerusuhan, yang dimulai Jumat lalu, dipicu oleh pemenjaraan mantan Presiden Zuma tetapi kemudian melebar menjadi aksi protes atas ketidaksetaraan dan kemiskinan.
Lebih dari 2.200 orang telah ditangkap, menurut seorang menteri kabinet, Khumbudzo Ntshavheni pada konferensi pers. Akan tetapi, dia menambahkan bahwa Johannesburg sekarang “relatif tenang”.
Sedangkan, di Provinsi KwaZulu-Natal situasi tetap tidak stabil, tetapi jauh lebih baik dan bergerak menuju stabil, katanya.