Bisnis.com, JAKARTA – Pekerjaan di pariwisata dan perhotelan Amerika Serikat ternyata mulai tidak menjadi pilihan seiring dengan tertekannya sektor ini akibat pandemi Covid-19.
Banyak karyawan yang pernah bekerja di pariwisata dan perhotelan di Amerika Serikat ternyata tidak berminat untuk kembali bekerja di sektor ini, meski nantinya permintaan diperkirakan meningkat setelah pandemi usai.
Survei yang dilakukan Joblist terhadap 30.000 pencari kerja pada kuartal kedua tahun ini menemukan bahwa 38 persen pekerja yang pernah bekerja di sektor pariwisata dan perhotelan tidak ingin kembali bekerja di sektor ini.
Dikutip dari keterangan resminya, Selasa (13/7/2021), sekitar 52 persen mantan pekerja di sektor ini tengah mempersiapkan pekerjaan lainnya, 45 persen mencari pekerjaan dengan pendapatan lebih tinggi, 29 persen mencari pekerjaan dengan benefit tinggi, dan 19 persen lainnya menginginkan pekerjaan dengan fleksibilitas yang lebih tinggi.
Hampir separuh pekerja yang pernah bekerja di hospitality bahkan menyatakan kenaikan gaji dan insentif tidak akan membuat mereka untuk kembali bekerja di sektor yang sama.
Menurut mereka, gaji dan benefit yang rendah hingga iklim kerja yang membuat stress merupakan sejumlah alasan yang diutarakan kenapa mereka tidak ingin bekerja lagi di sektor tersebut.
Di sisi lain, setelah membayar karyawan dengan gaji yang lebih rendah dibandingkan sektor lainnya, industri ini sedang mengalami kekurangan tenaga kerja sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan.
Dilansir travel pulse, data Biro Statistik AS mencatat gaji rata-rata di sektor pariwisata dan perhotelan non-supervisor senilai US$15,84 per jam pada Mei lalu. Tetapi, angka ini naik menjadi 16,21 pada Juni tahun ini.
Sejumlah perusahaan di AS mulai melakukan sejumlah strategi untuk menarik perhatian pencari kerja, termasuk dengan menambah bonus, akomodasi gratis, benefit fitness, dan iPhone. Kendati demikian, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Industri pariwisata dan perhotelan melaporkan telah membuka lowongan pekerjaan sebanyak 343.000 pada Juni tahun ini. Tetapi, serapan pekerja turun 12,9 persen menjadi 2,2 juta orang dari Februari tahun lalu.