Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menerima 3 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna dari total komitmen 4,5 juta dosis bantuan rakyat dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Rencananya, selain untuk disuntik kepada masyarakat untuk dosis pertama dan kedua, Moderna juga akan diberikan sebagai dosis ketiga khusus tenaga kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Vaksin Moderna seperti juga vaksin mRNA lainnya merupakan vaksin dengan efikasi yang tinggi yang sudah terbukti cukup ampuh digunakan di AS untuk menekan laju penularan Covid-19.
Selain untuk suntikan pertama dan kedua, menurut Menkes Budi, rencananya vaksin ini akan gunakan untuk booster suntikan ketiga bagi tenaga kesehatan Indonesia.
"Karena tenaga kesehatan mengalami tekanan yang luar biasa terutama gelombang kedua penularan pandemi ini. Sehingga kami ingin memastikan mereka terlindungi secara maksimal," ujarnya, mengutip keterangan resmi Kemenkes, Minggu (11/6/2021).
Budi juga menyebut, vaksin Moderna terbukti memiliki efikasi yang tinggi dan mempunyai kemampuan yang perlindungan yang tinggi.
Baca Juga
"Ini akan sangat membantu para tenaga kesehatan Indonesia untuk menghadapi gelombang kedua pandemi ini," ujarnya.
Menkes menyebut, program vaksinasi di Indonesia sudah berjalan cukup cepat akhir-akhir ini. Data terakhir sudah mencapai 52 juta suntikan. Dia berharap, ini bisa terus menerus menambah jumlah suntikan dan orang yang disuntik agar bisa lebih cepat lagi.
Per 11 Juli 2021, sudah 36,27 juta rakyat Indonesia divaksinasi dosis 1 atau 20 persen dari total target populasi suntik yaitu 181,5 juta rakyat Indonesia.
Bahkan, beberapa provinsi seperti Bali sudah lebih 70 persen masyarakatnya menerima suntikan pertama. Demikian juga DKI Jakarta sudah lebih 50 persen masyarakat memperoleh vaksin dosis pertama.
"Saya melihat ini prestasi yang dapat dibandingkan dengan banyak negara bagian, provinsi, kota besar di negara maju," ujarnya.
Dengan kedatangan Vaksin Moderna, Menkes Budi juga yakin bisa mempercepat suntikan. Menurutnya, hingga Juni pemerintah telah menerima 70 juta dosis dan pada Semester II ini ada lebih 290 juta yang datang yang harus kita suntikan dalam enam bulan.
"Ada 363 juta dosis yang harus disuntikan. Maka laju suntikan akan jauh lebih cepat," katanya.