Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Ethiopia mengumumkan gencatan senjata sepihak di wilayah Tigray utara setelah pejuang pemberontak merebut kembali ibu kota provinsi itu menyusul konflik hampir delapan bulan yang menurut PBB telah menyebabkan 350.000 orang ke ambang bencana kelaparan.
Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), bekas partai yang memerintah di wilayah tersebut, menyatakan bahwa mereka kembali menguasai Mekelle, ibukota Provinsi Tigray. Penduduk melaporkan melihat pasukan berseragam regional Tigray di kota itu untuk pertama kalinya sejak November.
Sebelumnya sebuah serangan udara menghantam sebuah pasar dan menewaskan puluhan orang di Tigray, kata saksi. “Ibukota Tigray, Mekelle, berada di bawah kendali kami,” Getachew Reda, ujar juru bicara TPLF.
Koresponden al Jazeera, Malcolm Webb yang berbicara dari Nairobi, Kenya, mengatakan ada laporan tentang orang-orang yang “merayakan kemenangan di jalan-jalan.
Pernyataan tentang gencatan senjata "sepihak" pada Senin kemarin yang disampaikan media pemerintah keluar tak lama setelah pemerintahan sementara Tigray, yang ditunjuk oleh pemerintah federal setelah mengalahkan pasukan TPLF, melarikan diri. Para pejabat Mekelle menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan.
“Deklarasi gencatan senjata sepihak ini dimulai dari hari ini 28 Juni 2021 dan akan berlangsung sampai musim tanam berakhir,” menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah federal pada Senin malam seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (29/6/2021).
Baca Juga
Musim tanam utama Ethiopia berlangsung dari Mei hingga September.
Juru bicara perdana menteri Ethiopia dan juru bicara militer tidak menanggapi panggilan telepon dan pesan yang meminta komentar. TPLF tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar mengenai gencatan senjata tersebut.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan dia telah berbicara dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan "berharap bahwa penghentian permusuhan yang efektif akan terjadi".
"Sangat penting bahwa warga sipil dilindungi, bantuan kemanusiaan menjangkau orang-orang yang membutuhkan dan solusi politik ditemukan," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat, Irlandia dan Inggris telah menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB yang dapat diadakan pada Jumat, menurut sumber-sumber diplomatik.
Negara-negara Barat belum berhasil mengorganisir pertemuan terkait Tigray akibat banyak negara seperti Afrika, China, Rusia dan negara-negara lain menganggap krisis sebagai urusan internal Ethiopia.